Akita hanya menggeleng dengan wajah bingung sembari mengangkat nasting dan kaleng gas.Â
"Aku bantu kamu pasang tenda aja, aku pernah ikut pramuka waktu SMP, tapi kok tendanya nggak pakai bambu sih?" tawarnya.
Keceriaan kami pun pecah, ia kebingungan memasang tenda, berkali-kali salah memasukan frame. "Kamu tidur disini, aku pakai hammock tidur di luar," tawarku ketika tenda kami selesai. "Hammock itu apa?" tannyanya lagi. "Hammock itu kayak ayunan di halaman tempat menginap kita itu lho, tapi lebih besar," terangku. Akita pun justru meminta untuk tidur dengan hammock tanpa terbersit bahayanya. "Nggak, bahaya, ntarkamu diculik aku nggak lihat."
--
"Mas, katanya kamu mau cerita sesuatu," tagihnya saat kami sedang menikmati kopi susu hangat.
"Oke, aku akan cerita, tapi kamu jangan gimana-gimana ya."
Aku bercerita tentang almarhum, bercerita kemiripannya dengan almarhum.
"Pantesan, aku kok merasa kamu mulai agak aneh, kok perhatian gitu. Masak sih mirip banget?"
"Nih, fotonya, cantik, kayak kamu," kataku sambil mengulurkan gawai."
Obrolan kami semakin dalam, kami saling menceritakan tentang keluarga, cinta, dan cita-cita.
"Aku lagi pingin nulis buku tentang dia," ceritaku dengan menjabarkan banyak impianku.