Mohon tunggu...
Yohanes Bara Wahyu Riyadi
Yohanes Bara Wahyu Riyadi Mohon Tunggu... Penulis -

Bekerja di Majalah BASIS dan Majalah UTUSAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Hanya Ingin Menjadi Ibu

26 Oktober 2017   23:22 Diperbarui: 26 Oktober 2017   23:25 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa Kit? Kamu lapar?"

"Kebelet nih Mas, pipis dimana nih?"

"Udah bawa tisu?" Akita mengangguk.

Aku mengantarnya ke tempat yang agak jauh dari kerumunan, kami membawa senter masing-masing. 

"Kamu kesitu, aku tunggu disini, senterku menyala supaya kami lihat aku. Tapi kalau kamu sudah sampai, matikan senternya biar nggak kelihatan orang," terangku. Aku pun masih mengawasinya berjalan beberapa meter sampai padam senternya lalu aku berbalik badan, sampai ada nyala senter yang mengenaiku baru aku kembali mengawasinya.

Akita memegang tanganku, tak kencang pertanda bukan karena ia takut, genggamannya cenderung terasa menahanku untuk dekat dengannya. Aku mengantarnya sampai kembali ke dalam tenda. Baru saja hendak menaiki hammock, Akita kembali memangki lirih.

"Ada apa Ta?"

"Aku takut, tendanya gerak-gerak, sering ada bayangan juga," keluh Akita.

"Gerak itu karena angin Ta, gak papa kok. Kalau bayangan itu ada orang lewat yang kena cahaya dari tenda sebelah. Aman kok."

"Kamu tidur di tenda aja sih Mas, aku takut beneran nih," pintanya, kali ini genggaman tangannya kencang, pertanda ia sungguh takut.

Tanpa meminta, ia menggenggam tanganku, seolah memastikan agar aku tak pergi. Aku pun mulai ngantuk, tiba-tiba Akita menyandarkan kepalanya di pundakku, tangannya diletakkan di dadaku setengah memeluk. Jantungku berdetak, apakah ia tak tahu akibat dari kepolosannya ini, aku sudah ambil keputusan tetapi ia menaburkan bunga di hatiku. Rasa ini tak bisa dilawan, tanganku merangkul punggungnya, dibalas pelukannya yang semakin erat. Ku cium keningnya dan mengusap punggungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun