Mohon tunggu...
Yoanita Situmorang
Yoanita Situmorang Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa

Anak ke 2 dari 3 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I Love You

17 September 2019   16:48 Diperbarui: 21 Februari 2023   23:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: istockphoto.com)

Dea Adinda alangkah baiknnya baginya jika ia terlahir sebagai lelaki bukan karna ayah dan ibunya membandingkannya dengan kakaknya Galang hanya saja baginya menjadi wanita terlalu sukar alias susah. Saat ini hari dimana Dea harus memulai putih abu-abunya alias SMA.

"Mom.... Dhea cau dulu yah"teriaknya sambil berlari ke arah pintu tak lupa dia bersalaman

"Iya sayang, eh bajunya lengan bajunya jangan lupa diturunin itu"kata mama mengingatkan

"Yaelah mom bajunya kegedean jelek kalo diturunin biarin, daaa mama"

Setelah keluar dari rumah Dhea melihat kakak semata wayangnya sedang asyik membersihkan motornya

"Kaka..."katanya sambil nyengir

"Gini nih macem hapel gua glagatnya"

"nah itu lo tau ka, udah gih cepat hari petama adek lu ini, anterin dung!"

"Ah enggak.. enggak, kaka mau ke kampus ini"

"Bentar doang ka, pissss"kata Dhea dengan wajah memelas

Dengan terpaksa Galang mengantarkan adeknya yang menyebalkan itu. Tak berselang lama terpampang lah SMA Cempaka di depan mereka

"Yaelah cepat amat"

"Udah turun kaka mau cepat"

"Yaelah sabar napa kak, gue cewek ini gak kayak kaka bebas makek nana adekkan makek rok"

"Nana ndasmu, udah ah kaka pigi dulu"

Motor Galang yang bewarna biru itu hilang begitu saja di pandangan Dhea. Setelah itu Dhea melangkahkan kakinya ke tempat ia akan menuntut ilmu. Baru saja kaki Dhea akan melangkah ke dalam, Dhea mendengar dehaman dari seseorang, Dhea melirik sekilas dengan wajah yang begitu datar lalu hendak melangkah tapi tersendat, seseorang menarik lengan bajunya

"Apaan sih?"gerutunya

"Yang bolehin kamu masuk siapa?"

"Yah saya dung aneh nih orang, gue mau belajar disini bukan cari ribut oii"

"Iyah saya tahu, gak kamu bilang saya juga tau, masalahnya ada yang ijinin masuk ga? Ga liat yang lain ijin dulu baru masuk"

Dhea menoleh ke sekitar benar saja semua yang mau masuk minta ijin terus kasih hormat "hadehh sekolah apa sih ini"batinnya

"Oh iya iya maapkan saya, dah kan! Lepasin dung"balas Dhea sambil melirik lengan bajunya yang masih saja digenggam orang itu

Reflek orang orang itu melepas genggamannya, lalu dengan secepat kilat Dhea berlari dari tempat yang membuatnya tak nyaman itu

"aiihhh sial amat sih hari pertama uda dapet yang begituan, huh"cerocos Dhea sambil berlari

" Dhe.... A.... Dhe... A...."teriak seseorang tak jauh dari lokasi Dhea

"Itukan suara si Momo endut mana tuh orang"batin Dhea

Matanya mulai menelusuri dimana batang hidung teman lamanya itu eh sahabatnya. Itulah alasan Dhea bersekolah di Cempaka ikut-ikutan teman.

"Eh dutt... Dah lama wak?"

"Wak? Lo kira gue tukang Somay neng"kata Momo sewot

"Yaelah becanda neng"

"hahaha iya iya iya, sans mbak, napa sih lo lari-lari? Dikejar tukang somay Dhe? Elo sih kebiasaan gue yang bandarin tiba sendiri makan lupa bawa uang, hayoo ngaku loo"

"Hahaha gila lo Mo pagi-pagi ngeyelnya menjijikkan gitu"balas Dhea kesal

"Terus? Lo kenapa?"

"Itu tadi...."

"Baris... Baris we..."teriak yang satu ke yang lain membuat Dhea tersendat bicara

"udah entar gue cerita, let's baris"

Momo pun manggut-manggut lalu mereka mengikuti langkah yang lain untuk ikut baris di lapangan. Matahari tak cukup terik waktu itu namun bisa membuat mata Dhea yang cipit memicing sampai tak terlihat.

"Eh kamu matanya yang ngilang maju ke depan nyadar pendek"kata seorang senior

Orang yang ditunjuk tetap saja tak merasa yaitu Dhea, Dhea asyik meminta perlindungan dari Momo

"Eh Mo, Lo kan gede nih halangin dung itu matahari buat gue gak nampak nih apa-apa"

"Siapa suruh cipit neng"balas Momo menjukurkan lidahnya

"Bokap nyokap yang buat ogeb"gerutu Dhea kesal

Karna keasyikannya berbicara, Dhea tak menyadari senior itu sudah berada di depannya lalu menarik lengan baju Dhea yang membuat Dhea terkejut

"Woy kasar amat sih"teriak Dhea yang membuat semua pandangan jatuh kepadanya

"Makanya kalo punya kuping itu dipakek, bukannya ditinggalin di rumah"

"Wah emang lo buta...'' Sesaat Dhea tersadar lalu berhenti berkata-kata, ia melirik yang sedang menariknya sekarang  ternyata adalah lelaki yang tadi di gerbang

"Sial senior tadi"kata Dhea mengumpat pelan

"Apa?"kata senior itu dengan wajah datarnya

Dhea cengengesan dengan senyum indahnya tanpa dosa "hehe engga ka, maaf yee"balas Dhea tertunduk malu begitu saja. Sedangkan Momo sudah cengar-cengir melihat wajah sahabatnya itu yang memerah karena malu.

"apes gue"benaknya

Lalu senior itu pergi berlalu meninggalkan Dhea yang saat ini posisinya paling depan, yups matahari di depan mata Dhea yang membuatnya begitu kesal. Senior tadi adala Fino Bastra senior yang famous karena ketampanannya yang begitu memikat. Fino memang terkenal dengan wajah datarnya ia adalah ketua tim basket SMA Cempaka.

Dengan wajah lesu Dhea berjalan disamping Momo hendak pulang karena hari pertama MOS mereka tak begitu lama berada di sekolah

"Napa tuh muka?"

"Habis digigit ama nyamuk"jawab Dhea ngasal

"hahah, digigit nyamuk apa senior nih"ledek Momo

''Senior? Ih amit-amitlah jumpa human yang begituan''

"Ala Dhe Dhe ka Sindi aja yang udah model sekolah ini klepek-klepek sama kak Fino apalagi elo lah yang modelnya cem preman ciut gitu"

"Anjay lo Mo, jangan samain kak Sindi ke gue dong kami itu beda"

"Jelaslah beda lo absurd gitu wak"

"hahahaha wajib, lo sahabat gue cerdas amat sih"balas Dhea dengan tawanya yang membuat Momo geleng-geleng

Padahal Momo begitu memang mengatainya. Dhea tau maksud Momo begitu biar Dhea lebih ngurus diri namun Dhea masa bodoh dengan itu semua. Setelah pisah jalan sama Momo Dhea kembali mengingat tindakan seniornya tadi

"pertama tangan kiri gue kedua tangan kanan gue, kasar amat sih tuh senior"katanya kesal

Lalu Dhea melirik kedua lengannya untuk ngecheck siapa tau lecet, betapa terkejutnya Dhea ketika melihat kedua lengannya yang tak memilki lipatan lagi. Tanpa ia sadari Fino sebenarnya tak bermaksud kasar kepadanya

"Ahhh walau gitu tetap aja dia kasar, kenapa gak bilang-bilang aja''katanya kekuh

''Terus kalo saya kasar, kenapa?"Tanya seseorang dari belakangnya

Begitu terkejutnya Dhea melihat Fino dibelakangnya

''Eh kaka sejak kapan dibelakang?"

Fino tak menggubris perkataannya, ia hanya berjalan begitu saja sampai berada tepat disamping Dhea

"Yaelah ka, sombong amat kuyy" Yang dituju diam saja

"Jangan-jangan ndak gosok gigi yah mangkanya diem-diem baek"

Kata-kata itu berhasil membuat Fino memalingkan wajah yang membuat jantung Dhea berdegub kencang

"Jangan gitu napa sih kak natapnya, dalam amat sumpah"kata Dhea sedikit malu

"Kamu gak kenal sama saya atau pura-pura ga kenal?"

"Yaelah sih kakak basi bangat sumpah! Kalo mau ngajak kenalan silahkan kak gak usah pakek acara gitu-gituan, yaaa kali gue kenal sama kakak"

"Yakin ga kenal?"

"Ih yakinlah ka, eh kenal deng orang yang narik baju saya tadi kan?"balas Dhea begitu polosnya

Yang membuat Fino gemas sendiri lalu mengacak rambut Dhea gemas

"Oii ka apaan sih gak sopan amat udah ga kenal sok dekat lagi, iya aku tau rambut aku cantik ga gitu jugalah"omel Dhea absurd

"Cantik apaan macem tuh rambut pernah rapi aja"kata Fino dengan meledek

"Ehhh sotoy lo ka.."

"Emang pada dasarnya begitu kan?"

"I... Iya sih"

"Ta..Tapi tau darimana lo ka? Penguntit lo? Seram amat"kata Dhea dengan wajah lucunya

"Benaran gak ingat ke gue? Gue kira lo ingat"kata Fino dengan wajah memelas

"Yaelah kak itu wajah gak gitu kali napa, hilang aura ketampanannya, emang suer gue gak ingat kakak siapa"

"Tapi btw nih kak, kakak pulang ini emang jalan gitu gak bawa kendaraan? Kalo aku sih iya rumahku paling cuma 15 menit jalan dari sini''

"Bawel"balas Fino lagi-lagi dengan wajah datarnya

"Ah gila kali lo ka, wajah datar kaka itu lo diilangin napa senyum dikit gitu, eh kan gue jadi salfok gini. Idih bukan bawel oi"

''Kakakku senior yang baik hati tolong dong kasih tanda gitu kalo emang aku itu kenal sama kaka''lanjut Dhea

"Okey gini lah pernah dengar atau baca kata WALAU JAUH TETAP ADA gak?"

"hahaha kak kak penahlah di novel hadeh kak kak"jawab Dhea selalu dengan becanda

Fino yang sudah tampak kesal tak ia hiraukan, ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi

"Lo dulu anggota baset kan waktu SMP yang suka kali ribut sama kakak kelas sok jagoan terus ujung-ujungnya BP menanti"

"Hahah kalo itu i..."

"Eh bentar kok lo tau kak?"

"Siapa sih kakak ini sebenarnya sumpah gue enggak ingat"katanya sambil  pukul-pukul kepala gak jelas

"I LOVE YOU''bisik Fino di telinga Dhea

"Apaan sih kak sekarang gak nyambung ga jelas amat"balas Dhea

"Kata siapa gak nyambung, gini deh lo pernah kan jatuh kenak bola  basket  waktu kelas 2 SMP karena ngelawan kakak kelas trus ga ada yang mau nolongin karena reseknya elo, terus ada cowok pakek kacamata nolongin elo bawa ke UKS terus di UKS elo nangis jerit-jerit gak jelas trus bilang KENAPA SIH GAK ADA YANG SAYANG SAMA GUE, KENAPA SIH KAKAK KELAS PADA JAHAT SEMUA KENAPA GA ADA YANG MAU NOLONGIN blab la bla"kata Fino panjang lebar

Yang membuat Dhea ternganga, bagaimana saja tidak Dhea sudah hampir saja melupakan hari itu, hari yang benar-benar menyedihkan baginya.

"Jangan bilang elo ka Bastra yang nolongin gue yang bilang I Love You biar gue ngerasa masih ada yang sayang ke gue? Ah ga mungkin ka Bastra dulu pindah keluar kota"kata Dhea dengan penuh sangkalan

"yauda ingatkan, yah inilah gue cowok  yang nolongin elo''

"Akhirnya"kata Fino dibenaknya lalu menyunggingkan senyum dan pergi meninggalkan Dhea yang seperti orang bodoh.

Dhea sendiri tak begitu ingat wajah Fino karna sewaktu itu benturan di kepalanya begitu keras, ia hanya mengingat nama lelaki itu karna ia bertanya dan yang lebih anehnya tak ada satu pun yang mau memberitahunya siapa yang menolongnya saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun