"Hei....denger tidak? Apa kamu tidak mau memungut ini?" katanya sambil menunjuk gelas plastik kosong yang ada di depanku dengan besi panjang yang biasa digunakan untuk memulung. Di jakarta tidak sulit menemukan sampah, beribu-ribu orang melempar begitu saja sampah mereka di sembarang tempat.
"Ambil saja kalau mau," kataku sambil menghembuskan asap rokok melalui hidung.
"Sombong sekali," ujarnya sambil mengambil gelas plastik dengan besi pengait dan pergi.
"Apa urusanmu?" kataku tidak terlalu kencang. Bintang tidak bicara apa-apa dan pergi. Karung tempat sampah di punggungnya tampak penuh.
Beberapa hari kemudian aku berjumpa kembali dengannya di tempat pengepul barang bekas. Dia sudah selesai dan sudah menerima uangnya, sementara aku baru mau menimbang barang yang sudah kupungut. Mata kami sempat bersirobok ketika berdekatan, tapi itu tidak lama.
aku menyerahkan karungku pada pengepul. Kutengok ke belakang, punggung Bintang mulai menjauh.
"Uangnya besok saja, besok aku kembali lagi kesini," kataku pada tukang pengepul. Aku langsung lari mengejar Bintang.
Ketika sudah dekat dengannya aku langsung memperlambat langkahku. Tapi tetap saja dia menyadari kalau aku mengikutinya.
"Mau apa?" tanyanya sambil menghentikan langkah dan menatapku kembali dengan mata tajam.
"Kagak.." hanya itu yang bisa kuucapkan.
"Kau mengikutiku,,, mau apa?"