Misel jatuh tersungkur. Pada saat yang sama bunyi lonceng di menara Kapela berdentang:
"Teng...teng...teng..."
 Semua penghuni rumah karantina bergegas bangun dari tempat tidurnya masing-masing. Perempuan juru masak itu kembali melakukan aktivitasnya seakan tak terjadi apa-apa. Misel masih terkapar tak sadarkan diri. Dari dapur terdengar teriakan:
"Toloooonng, tolooooonng, tolooonng..."
Teman-teman Misel bergegas menuju dapur, mencari tahu apa yang sedang terjadi. Mereka melihat Misel sedang tak sadarkan diri. Teman-temannya beramai-ramai mengangkat Misel dan membawanya ke klinik terdekat. Selanjutnya, mereka membiarkan perawat menanganinya.
Setelah memukul Misel, perempuan juru masak itu menjadi tegar, bersemangat dan penuh kemenangan. Ia merasa bahwa ia sudah berhasil mengalahkan kesombongan laki-laki.
Apa yang dilakukanya itu adalah bentuk pembalasan terhadap lelaki pada umumnya, dan terlebih para pejantan tangguh nan tampan di rumah karantina itu. Pasalnya, mereka cenderung menghina dan meremehkannya dengan guyonan yang mengiris kalbu yakni sebagai perempuan terjelek yang tak tahu merawat tubuhnya agar terlihat cantik dan seksi.
Perempuan juru masak itu pun berkata dalam hatinya:
"Baru tahu rasa! Itulah pembalasanku atas perbuatanmu dan perbuatan semua pria yang ada di rumah karantina ini. Kalian semua selalu menertawakan kejelekanku. Padahal kalian tahu bahwa tubuhku yang demikian bukanlah kehendakku. Kalian juga tahu kalau aku manusia sama seperti kalian yang diciptakan Tuhan, yang merupakan wujud gambaran diri Allah. Kalian lebih mengerti tentang konsep ke-Tuhan-an dan ke-manusia-an. Tetapi toh perilaku kalian tak bedanya dengan orang idiot. Konsep dan pemikiran kalian tak sejalan dengan perilaku kalian. Ini baru awal dari kemarahanku yang belum memuncak. Aku ingin kalian sadar sampai pengetahuan mulia yang kalian miliki akan mengubah karakter dan perilaku kalian."
Walaupun sudah mencederai Misel di pagi nan subuh, perempuan juru masak itu tak sedikit pun merasa bersalah. Ia tetap tenang menjalankan pekerjaannya sebagai juru masak. Sementara Misel harus berbaring lemas dengan luka lebam di punggungnya. Ia berjuang untuk mengingat kembali peristiwa sebelum ia berada di klinik:
"Ooww...aduuuuhhh, mengapa aku berada di tempat ini. Siapa yang berani memukulku separah ini. Ini pasti ulah perempuan jelek itu. Dasar perempuan  jelek. Hatinya jelek sejelek tampangnya."