Mohon tunggu...
Yano Sanbein
Yano Sanbein Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

kegemaran dalam hal-hal yang berangkat dari keinginan merupakan suatu sikap dimana seseorang aktif dalam berpikir. sejatinya tidak begitu menarik jika kegemaran dan keinginan tidak diaktualisasikan dalam hal meluapkan pikiran kritis. filosofi tentang apa yang seharusnya dan tanpa tanda sikap yang sadar dan mati dalam kelogisan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi budaya Dalam Masyarakat Dawan Noemuti

13 Desember 2023   11:56 Diperbarui: 13 Desember 2023   20:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada prinsipnya, Atoni Meto Noemuti telah lama mengenal 'yang Kudus' dalam seluruh tata pergumulan mereka dengan alam dan sesama setiap hari. Wujud tertinggi sudah dikenal dan disembah oleh Atoni Meto Noemuti jauh-jauh hari sebelum masuknya ajaran Iman Kristiani oleh para biarawan Dominikan. Pada masa tradisional, Atoni Meto Noemuti tidak memiliki nama tertentu yang eksklusif untuk menyebut Wujud Tertinggi itu. Mereka mempunyai suatu alasan tersendiri untuk tidak menyebut wujud tertinggi itu, dengan berpersepsi bahwa yang maha tinggi itu bersifat sakral (le'u). Apalagi menyebut nama Wujud Tertinggi dengan suatu istilah tertentu, berarti orang itu akan mati. Untuk itu, pada masa tradisional Atoni Meto Noemuti, berpendapat secara komunal untuk tidak perlu diberi nama tertentu kepada wujud tertinggi ini, agar tidak membawa celaka bagi kehidupan mereka baik secara keolompok atau secara pribadi. Selain wujud tertinggi ini, Atoni Meto Noemuti juga percaya akan adanya roh-roh dan arwah. Roh-roh ini dikenal sebagai roh yang membawa malapetaka (maufinu ma amleut) kepada manusia. Sering roh-roh inilah yang mendapat penghargaan istimewa dari manusia, dengan alasan: supaya tidak mengirim maufinu kepada anggota masyarakat. Ada yang menyebut roh-roh ini sebagai ni'jabu, yang selalu datang menarik manusia dari kehidupan yang baik kepada suatu perbuatan yang jahat dan merugikan orang lain. Akan tetapi ada juga roh yang baik yaitu roh yang membimbing manusia pada kebaikan. Atoni Meto Noemuti juga percaya akan arwah-arwah (pah nitu). Arwah atau nitu dianggap oleh mereka sebagai jembatan emas yang menghubungkan manusia yang masih hidup di atas dunia dengan wujud tertinggi. Misalnya kerapkali Atoni Meto mengadakan berbagai ritus adat di rumah adat (ume le'u), pada kesempatan itu mereka selalu memangil arwah dari para leluhur.

 

Konsep Tentang Usi Neno

 

Komunitas adat Dawan mempunyai keterkaitan dengan sistem keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, roh-roh halus. Ritus-ritus keagamaan yang dijalani. Menurut orang Dawan, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta yang menjadikan langit dan bumi disebut dengan Uis Neno (Uis = Tuhan atau dewa; Neno = matahari) atau disebut juga sebagai amoet afakaet, yang artinya pencipta dan berkarya. Sepanjang kehidupan ini manusia berada di bawah lindungan langit dan bumi tersebut. Konsep Uis Neno ini secara mikro manusia meniru bentuk langit dan bumi itu, dan ini diterapkan pada bentuk rumah tinggal orang Dawan yang berfungsi sebagai tempat perlindungan sepanjang kehidupan. Rumah tempat tinggal orang kebanyakan yang disebut ume tue yang dibedakan dengan Sonaf (ume Usif) pada orang Dawan puncak atapnya berbentuk sanggul wanita atau palung terbalik (ume ba'i). Rangka atap yang berbentuk bulat dan kerucut itu menjuntai ke bawah disesuaikan dengan bentuk alam semesta. Bentangan langit yang melingkupi bumi berbentuk bulat, sedangkan bumi yang dilingkupi langit itu juga bulat. Langit dan bumi itu merupakan lingkungan kehidupan manusia. Oleh karena itu, orang Dawan menirukan bentuk langit dan bumi dalam wujud rumah. Hal ini, karena menurut orang Dawan, langit dan bumi dijadikan oleh Uis Neno. Manusia dalam hidupnya berada di antaranya. Uis Neno dikelilingi oleh rombongan roh-roh sebagai kekuatan yang tidak kelihatan. Oleh karena itu manusia selalu berkontak sapa secara intensif dengan roh-roh ini untuk menenteramkannya melalui doa-doa, dimana Uis Neno menduduki posisi sentral. Hal ini, karena dalam kepercayaan Uis Neno, bahwa setiap orang tidak dapat berhubungan secara langsung dengan Tuhan, melainkan harus melalui perantara yaitu leluhur orang tua kita yang telah meninggal, karena dianggapnya orang yang telah meninggal rohnya sudah bergabung dengan Tuhan sehingga dapat menjadi perantara bagi yang hidup dengan Tuhan. Menurut kepercayaan suku Dawan, semua roh nenek moyangnya yang telah meninggal dunia berkumpul di Gunung Mutis, yaitu di sebuah pegunungan yang terletak di sebelah Timur. Roh-roh tersebut masih mempunyai keterikatan dengan manusia yang hidup. Oleh sebab itu di dalam upacara-upacara ritual, meskipun tidak diadakan di Gunung Mutis, tetapi roh-roh yang berada di gunung tersebut selalu disebutkan dalam doa-doanya. Uis Neno lebih dari dewa alam. la adalah asal-mula segala sesuatu. la lebih tinggi dari langit dan bumi, wujud transendental dalam dunia tersembunyi dengan manifestasinya adalah matahari. la adalah pribadi yang berkilau-kilau (apinat-aklahat).

 

Agama Katolik Menjadi Mayoritas

 

Pada zaman dahulu, para leluhur Atoni Meto Noemuti telah memeluk suatu agama tradisional yang mempunyai allah yang luhur bagi mereka yaitu; Usi Neno. Pada abad ke-17, ketika agama Katolik Roma dibawa masuk ke wilayah Timor melalui Lifao Oe'cusse, maka Noemuti menjadi salah satu tempat sasaran bagi para biarawan Dominikan untuk menyebarkan agama Katolik. Hal ini disebabkan, Noemuti adalah salah satu benteng pertahanan para tentara Portugis waktu itu. Para biarawan Dominikan ingin memperbarui iman Atoni Meto Noemuti waktu itu dengan menjelaskan allah yang mereka sembah, puji dan membuat korban kepadanya, sebenarnya adalah Tuhan Allah yang ada dalam ajaran iman Kristen Katolik. Rencana ini sepertinya telah didukung oleh para tentara Portugis Hitam (Topases) yang pada waktu itu sedang mendiami wilayah Noemuti, dengan latar belakang ber-agama Katolik. Maka rumah adat yang merupakan representasi dari berbagai marga atau suku (kanaf) di Noemuti, dahulunya menjadi tempat pertemuan untuk melakukan ritual adat sebelum dan sesudah perang, tempat penyimpanan barang-barang pusaka yang bersifat sakral (le'u), dijadikan sebagai kapela-kapela kecil oleh para biarawan Dominikan untuk tempat berdoa dan pembinaan iman Atoni Meto Noemuti waktu itu. Selain itu, berbagai barang pusaka yang dianggap sakral oleh Atoni Meto Noemuti di dalam rumah adat, digantikan oleh para biarawan dengan menempatkan berbagai arca orang kudus atau patung-patung kudus. Oleh sebab itu, rumah suku adat Atoni Meto Noemuti yang sebelumnya disebut sebagai ume le'u (rumah Pemali atau sakral) diubah namanya menjadi ume Usi Neno (rumah Tuhan). Hal ini dilakukan sebagai pencegahan bagi terulangnya praktik kegiatan keagamaan asli masyarakat setempat. Kemungkinan besar berbagai hal yang terjadi seperti digambarkan di atas, bertolak dari pemahaman Atoni Meto Noemuti waktu itu, tentang suatu Pribadi Ilahi yang tidak mereka kenal. Jadi para misionaris waktu itu mengajarkan kepada Atoni Meto untuk menyebut Sang Ilahi dengan sebutan 'Usi Neno' yang adalah raja langit dan Tuhan Allah dalam ajaran Iman Katolik. Dari latar belakang singkat di atas tentang bagaimana agama Katolik dapat diimani oleh Atoni Meto Noemuti. Atoni Meto Noemuti ditarik dari praktik animisme dan dinamisme kepada Allah yang benar yaitu Allah yang diimani dalam iman Kristen Katolik.

 

Kondisi Kesenian dan Kebudayaan di Era Globalisasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun