Mendengar Jaka Someh berasal dari Kampung Cikaret Gunung Halimun, Ki Buyut Putih, menggerakan alisnya, seakan-akan sedang berpikir, kemudian dia bertanya
"eh, kamu  dari kampung cikaret? Wach kalau begitu kamu  kenal dengan Ki Jaya Kusuma? pendekar dari perguruan maung karuhun yang terkenal di dunia persilatan Pasundan".
Jaka Someh terperanjat mendengar Ki Buyut Putih menyebut nama Ki Jaya Kusuma. Dia teringat, saat  Ki Jaya Kusuma dulu pernah menolaknya menjadikan murid. Bahkan waktu itu Jaka Someh hampir celaka di keroyok oleh murid-murid Ki Jaya Kusuma. Jaka Someh tersenyum  mengingat saat-saat itu,  merasa lucu dengan apa yang pernah terjadi di masa lalu. Padahal dulu dia merasa susah dan sedih ketika gagal menjadi murid Ki Jaya Kusuma. Seakan-akan pada waktu itu, dia merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Nyaris dia berputus asa karena ditolak menjadi murid Ki Jaya Kusuma.
Begitulah hidup, saat kita sudah berhasil melewati masa kesusahan, maka semua kesusahan tersebut akan menjadi terasa manis.
Jaka Someh tersadar dari lamunannya, dia pun langsung menjawab pertanyaan Ki Buyut Putih
"Alhamdulillah saya kenal dengan beliau, kyai...beliau adalah pendekar yang sangat hebat...saya pernah ingin berguru kepadanya...tapi...".
Jaka Someh berhenti melanjutkan kata-katanya.
"Tapi kenapa kang someh...?". Kata Dewi Sekar penasaran.
"Tapi tidak di terima nyai....he...he...". Kata jaka Someh menerangkan.
"hah...jadi akang pernah di tolak belajar silat di perguruan maung karuhun...?" Tanya dewi sekar mengulangi.
"Iya, nyai...he...he..., mungkin itu sudah menjadi jalan akang dari Yang Maha Kuasa...Akang mensyukuri saja semuanya....". Kata jaka Someh.