Mohon tunggu...
Yadi STP MM
Yadi STP MM Mohon Tunggu... Penulis - Science Content Writer PT Algarosan Nusantara

Berasal dari Rangkasbitung sekarang tinggal di Surabaya. Bekerja sebagai penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel Cerita Ksatria Ilalang Bab 47 Hati yang Mendengki

10 Juni 2022   08:23 Diperbarui: 10 Juni 2022   17:15 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ki Buyut Putih merasa senang karena suasana di padepokannya sudah kembali baik. Dia pun berkata kepada hadirin.

"Alhamdulillah, ayo sekarang  kita makan bersama dulu saja...kita sarapan pagi...sambil mendengarkan cerita Nyai Dewi Sekar....ayo  Jang Someh...silahkan, kita sarapan bersama...tidak usah malu-malu...he...he...!".

Jaka Someh menganggukan kepala sambil tersenyum hormat.

Para hadirin berangkat bersama menuju aula padepokan.

Khawatir jaka Someh menjadi minder dengan keluarganya, Dewi Sekar mendampingi Jaka Someh sambil menggandeng tangannya dengan mesra. Banyak mata yang melihat kemesraan sepasaang suami istri tersebut. Sebagian ada yang mencibir, sebagian lain merasa iri dengan nasib Jaka Someh yang bisa menikahi Dewi Sekar yang cantik jelita dan terhormat. Tapi ada juga yang merasa bahagia melihat mereka nampak akur dan harmonis. Salah satunya adalah Raden Arya Rajah, adik laki-laki Nyai Dewi Sekar Harum. Sedangkan Raden Surya Atmaja  terlihat tidak begitu senang melihat putrinya nampak bermesraan dengan Jaka Someh di depan umum.

Di Aula padepokan, mereka makan bersama sambil bercengkrama satu sama lain. Jaka Someh duduk bersama Dewi Sekar.  Di dekatnya ada Ki Buyut Putih, dan Arya Raja. Raden Surya Atmaja lebih memilih duduk menjauh dari Jaka Someh. Dia duduk bersama Raden Jaya Permana dan kawan-kawannya.

Ki Buyut Putih bertanya kepada Jaka Someh

" Jang Someh  berasal dari mana?".

Jaka Someh menjawab pertanyaannya Ki Buyut Putih,

"Saya berasal dari kampung Cikaret, Kyai, di lereng gunung halimun. Karena sesuatu hal, saya mengembara keluar dari kampung saya, tanpa terasa sekarang telah sampai di Padepokan Kyai...".

Mendengar Jaka Someh berasal dari Kampung Cikaret Gunung Halimun, Ki Buyut Putih, menggerakan alisnya, seakan-akan sedang berpikir, kemudian dia bertanya

"eh, kamu  dari kampung cikaret? Wach kalau begitu kamu  kenal dengan Ki Jaya Kusuma? pendekar dari perguruan maung karuhun yang terkenal di dunia persilatan Pasundan".

Jaka Someh terperanjat mendengar Ki Buyut Putih menyebut nama Ki Jaya Kusuma. Dia teringat, saat  Ki Jaya Kusuma dulu pernah menolaknya menjadikan murid. Bahkan waktu itu Jaka Someh hampir celaka di keroyok oleh murid-murid Ki Jaya Kusuma. Jaka Someh tersenyum  mengingat saat-saat itu,  merasa lucu dengan apa yang pernah terjadi di masa lalu. Padahal dulu dia merasa susah dan sedih ketika gagal menjadi murid Ki Jaya Kusuma. Seakan-akan pada waktu itu, dia merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Nyaris dia berputus asa karena ditolak menjadi murid Ki Jaya Kusuma.

Begitulah hidup, saat kita sudah berhasil melewati masa kesusahan, maka semua kesusahan tersebut akan menjadi terasa manis.

Jaka Someh tersadar dari lamunannya, dia pun langsung menjawab pertanyaan Ki Buyut Putih

"Alhamdulillah saya kenal dengan beliau, kyai...beliau adalah pendekar yang sangat hebat...saya pernah ingin berguru kepadanya...tapi...".

Jaka Someh berhenti melanjutkan kata-katanya.

"Tapi kenapa kang someh...?". Kata Dewi Sekar penasaran.

"Tapi tidak di terima nyai....he...he...". Kata jaka Someh menerangkan.

"hah...jadi akang pernah di tolak belajar silat di perguruan maung karuhun...?" Tanya dewi sekar mengulangi.

"Iya, nyai...he...he..., mungkin itu sudah menjadi jalan akang dari Yang Maha Kuasa...Akang mensyukuri saja semuanya....". Kata jaka Someh.

Dewi Sekar menggeleng-gelengkan kepala.

"Aduuh...akang...ya sudah sekarang akang belajar silat saja di sini...kalau tidak ada yang mau mengajari, biar saya yang menjadi guru akang..." Kata Dewi Sekar.

"ah tidak mau nyai...masa istri akang jadi guru silat buat akang sendiri...nanti kualat...nanti akang tidak bisa berbuat macam-macam kepada kamu...he...he..."

Jaka Someh tertawa.

"ih kang someh ini bercanda terus...tidak lucu...".

Dewi Sekar menjadi cemberut. Dia mencubit paha Jaka Someh.

"aduuhh...iya...iya...maaf...nyai...jangan marah...nanti cantiknya hilang lho..." Kata Jaka Someh yang masih berusaha menggoda istrinya.

Ki Buyut Putih tertawa melihat kedua sejoli itu tampak mesra dan akur.

"Oh iya, eyang masih belum mendengar cerita nyai...koq bisa terluka oleh Nyai Sundel...ayo silahkan nyai bercerita ...".

Tiba-tiba Ki Buyut Putih meminta Dewi Sekar untuk menceritakan pengalamannya. Dewi Sekar kemudian bercerita kepada Ki buyut Putih, dimulai saat dia menerima titah gurunya untuk pulang, kemudian dia bertemu dengan nyi sundel dan bertarung dan mengalami kekalahan, kemudian pingsan, sampai dia akhirnya di rawat oleh Jaka Someh dan  akhirnya menikah dengan Jaka Someh atas inisiatif pamannya, yaitu Raden Karta sasmita yang merasa kagum dengan keahlian Jaka Someh dalam bidang pengobatan. Ki Buyut Putih mengangguk-anggukan kepalanya. Raden Arya Rajah juga ikut menyimak cerita kakak perempuannya.

"wah kang someh bisa ilmu pengobatan ya...kang...? hebat..."

Kata Arya Rajah.

"Adik, Kang Someh sudah banyak menolong masyarakat, dengan menyembuhkan para warga yang sedang sakit...termasuk adik iparnya Mang karta...berkat kang Someh beliau bisa sembuh dari penyakit lumpuh...padahal beliau sudah sakit bertahun-tahun...dan sudah berobat ke banyak tabib...".

Dewi Sekar menjelaskan kehebatan Jaka Someh dalam pengobatan kepada Arya rajah.

"Ah...Saya sebenarnya tidak sehebat itu adik, Semuanya karena kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa...kebetulan saya pernah belajar ilmu pengobatan kepada seorang tabib di kampung sukanegara...Alhamdulillah Gusti Allah banyak mengabulkan doa akang...sehingga para pasien yang akang rawat di beri kesembuhan...Atas Izin dan Kehendak Tuhan Seluruh alam". Kata Jaka someh merendah.

"Tapi itu keahlian yang jarang di miliki oleh sembarang orang lho...Kang...".

Kata Arya Rajah memuji Jaka Someh.

 Jaka someh hanya bisa tersenyum sambil mengucapkan rasa syukur karena telah di beri keahlian tersebut.

 "Alhamdulillah adik, semoga dengan keahlian yang belum seberapa ini masih bisa memberikan kemanfaatan untuk masyarakat banyak...".

Arya Rajah dan Ki Buyut Putih menganggukan kepala sambil tersenyum senang mendengar ucapan Jaka Someh. Mereka kembali melanjutkan obrolannya.

Raden Surya Atmaja yang sedang mengobrol dengan Raden Jaya Permana, beberapa kali berusaha menyimak isi obrolan Jaka Someh dengan Ki Buyut Putih dan kedua anaknya.  Tiba-tiba Raden Jaya Permana berkata kepada Surya Atmaja.

"Paman...tampaknya Paman sudah ikhlas menerima si Someh jadi menantu Paman...ya...?"

"eh...ya tidak  Raden...bagaimana bisa Paman ridho, Putri paman menikah dengan lelaki biasa seperti si Someh...Paman bingung bagaimana bisa putri paman senang dengan lelaki seperti itu...bukan pendekar...bukan ningrat....miskin pula...".

Kata Raden Surya Atmaja sambil mengungkapkan rasa herannya.

"ha...paling juga Nyai Dewi terkena pelet...karena secara logika rasanya tidak mungkin...putri paman yang sangat cantik dan berwibawa... bisa senang dengan lelaki miskin yang tidak jelas asal-usulnya seperti si Someh...".

Kata Raden Jaya Permana.

"Iya mungkin juga Raden...silahkan  bantu Paman bagaimana caranya untuk memisahkan mereka...paman sungguh tidak sudi punya menantu seperti si Someh...".

Kata Raden Surya Atmaja.

Raden Jaya permana tertawa senang mendengar ucapan Raden Surya Atmaja yang tidak senang kepada Jaka Someh.

"Ha...ha...tenang Paman...pokoknya beres...saya siap untuk membantu mewujudkan keinginan Paman....nanti saya akan cari cara....".

Malam itu Jaka someh tidur di pondok yang di tempati oleh  Arya Rajah, sedangkan Dewi Sekar sementara tidur di  ruangan yang di tempati oleh Nyai Ageung Cintanagara.

Raden Arya Rajah merasa heran melihat Jaka Someh sudah bangun pada tengah malam dan pergi keluar. Karena penasaran dia menguntit Jaka Someh secara diam-diam. Ternyata jaka someh pergi ke mushola untuk melaksanakan ibadah sholat tahajud. Setelah sholat, jaka Someh membaca ayat-ayat alquran. Bacaannya terdengar syahdu dan tartil. Arya rajah merasa bergetar mendengar suara bacaan quran yang dilantunkan oleh Jaka Someh. Dia bergumam dalam hatinya

"Ternyata Kang Someh seorang lelaki yang taat dalam beribadah...pantas saja wajahnya terlihat begitu menenangkan...bacaannya juga terdengar syahdu dan mententramkan jiwa...mungkin karena inilah si teteh bisa berubah menjadi wanita yang alim dan berwibawa...padahal dulu si teteh  begitu angkuh dan keras kepala...Alhamdulillah...".

Setelah sekian lama memperhatikan Jaka Someh secara diam-diam, Arya Raja pun kembali masuk ke dalam pondoknya.

Bersambung Ke Bab 48 Tidak Terlalu Tampan

Kembali Lihat Daftar Isi dan Sinopsis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun