Pak Rohadi membuka obrolan
“Permisi Pak Manta...maksud kedatangan saya kesini mau menemui anak bapak, nak Panji, saya mau minta pertanggung jawaban anak bapak...”
Pak Manta sedikit terkejut
“Maksudnya Pak Rohadi pertanggung jawaban APA? Memangnya apa yang telah dilakukan oleh si panji ...?”
Pak Rohadi kemudian menceritakan perihal putrinya yang dihamili oleh panji. Setelah mendengar cerita pak Rohadi, Pak Manta terlihat menjadi bingung, lalu dia berkata
“Saya minta maap pak Rohadi, entah bagaimana ini...saya jadi bingung...bukannya saya tidak mau anak saya bertanggung jawab atas perbuatannya, tapi masalahnya, panji sudah seminggu ini kabur dari rumah, pak...entahlah saya tidak tahu sekarang dia ada di mana... seminggu yang lalu, saya emosi, saya mengusirnya karena dia mencuri uang hasil jualan cengkeh...Panji menggunakan uang tersebut untuk berjudi...Makanya saya kebablasan mengusirnya…saya minta maap Pak...Tidak tahu kalau akan ada kejadian ini...”
Mendengar ucapan Pak Manta seperti itu, wajah pak Rohadi berubah menjadi pucat, tubuhnya juga mendadak lemas dan terlihat sangat susah.
Tidak mungkin dia memaksa pak Manta untuk memintai pertanggung jawaban perbuatan anaknya itu.
Akhirnya setelah sedikit berbasa-basi, Pak Rohadi memutuskan untuk pamit dari hadapan Pak Manta. Dia berfikir rasanya percuma untuk berlama-lama di sana, karena tidak menghasilkan solusi apapun untuk masalahnya.
Pak Rohadi terus berpikir berharap menemukan suatu solusi untuk masalah kehamilan putrinya itu, namun dia masih juga belum mampu menemukannya.
Perut Asih semakin hari semakin bertambah buncit, padahal keberadaan Panji masih belum di ketahui. Pak Rohadi bergumam dalam hatinya