Pak Rohadi sedikit lega mendengar jawaban putrinya
“Ooh...begitu ya nyai...Alhamdulillah kalau memang begitu...Bapak jadi lega...sekarang”.
Untunglah bapaknya sudah tidak lagi menanyainya, jadi untuk sementara Asih merasa tenang.
Asih kemudian pura-pura tidur di dalam kamarnya.
Meskipun Asih mencoba menyembunyikan kehamilannya, namun seiring dengan waktu, kehamilannnya sudah nampak begitu jelas apalagi setelah menginjak usia 3 bulan kehamilannya, perutnya semakin bertambah membuncit.
Kehamilannya kini sudah tampak begitu jelas, sudah tidak mungkin lagi dia bisa membantahnya. Asih merasa sangat bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan. Orang-orang pun sudah mulai memperguncingkan keadaan Asih tersebut.
Pak Rohadi sekarang sudah bisa memastikan bahwa anaknya memang benar-benar hamil. Dengan memberanikan diri, akhirnya Pak Rohadi bertanya langsung kepada anaknya
“Jujur sama bapak, nyai, siapa yang telah menghamili kamu...apakah si panji...?”
Asih tidak kuasa menahan tangisnya, akhirnya dia pun mengakui bahwa dia memang sedang hamil. Pak Rohadi langsung merasa lemas setelah mendengar pengakuan putrinya, namun dia berusaha untuk menyabarkan diri,
“Ya sudah nyai, sayang...sekarang bapak akan meminta pertanggung-jawaban si Panji, agar dia mau menikahi kamu...tunggu di sini, bapak akan pergi ke rumah si panji...”
Pak Rohadi pun segera pergi ke rumah Panji. Disana dia hanya bertemu dengan kedua orang tua panji, Pak Sumanta dan Bu Yuyun.