“jangan-jangan dia hamil, wah celaka kalau bener dia hamil di luar nikah “.
Ingin rasanya Pak rohadi menanyakan langsung kecurigaannya tersebut kepada Asih, namun karena rasa sungkan dia pun memilih untuk menahan diri. Pak Rohadi berusaha untuk menyabarkan diri untuk menunda rasa penasarannya itu.
Setelah satu minggu berlalu, Pak Rohadi mendapatkan kesempatan berbincang-bincang dengan Asih. Saat itu juga dia menanyakan rasa curiganya kepada Asih. Dengan bahasa yang di atur sehalus mungkin supaya anaknya tidak tersinggung, Pak Rohadi memulai perbincangannya
“Nyai, sayang, maapkan bapak...mohon kamu berkata jujur kepada bapakmu ini...eeh...eeh...apakah kamu ...eeh...eeh...”
Pak Rohadi tidak jadi melanjutkan pertanyaannya. Asih tahu maksud pertanyaan bapaknya, dia pun menjawab dengan santai
“Maksud bapak asih sedang hamil begitu...?”
Pak Rohadi jadi gugup
“Oh...ah tidak begitu nyai, bapak minta maap kalau menyinggung perasaan kamu...tidak ada maksud bapak untuk menyinggung perasaan kamu...Bapak Cuma khawatir karena melihat kamu sering muntah-muntah...dan perut kamu juga membuncit.... seperti orang yang sedang hamil...”
Asih terdiam mendengar penjelasan bapaknya, dia merasa bingung harus berkata apa kepada bapaknya. Asih juga sebenarnya curiga dengan keadaan dirinya, yang mungkin memang benar hamil. Karena diihamili oleh kekasihnya yang bernama panji.
Asih kemudian berkata kepada ayahnya
“Kenapa Bapak menuduh yang tidak-tidak kepada saya, Asih tidak mungkin hamil Bapak...Asih muntah-muntah karena masuk angin saja...”