"Karena aku tidak mengerti apa yang anda bicarakan!" sahutku. Ia menghela nafas, menggerakan sedikit tubuhnya, "Maxda Haribuan!" desisnya. Aku terperanjat. Sedikit melotot.
"Bukankah kalian berteman akrab, dia menemuimu beberapa hari lalu. Kau yakin, dia tidak menitipkan apapun padamu?"
Kutelan ludahku. Sakit. Jadi ini tentang Max! Aku tahu Max memang sering berhubungan dengan para mafia, baik dalam maupun luar negeri. Kali ini apa lagi yang dilakukannya sampai melibatkan Dinas Rahasia dan Intelijent?
"Tidak!"
"Kau yakin?" Kapten Alfian meragukan jawabanku.
"Aku memang berteman dengan Max, tapi apapun yang dilakukannya itu tidak ada hubungannya denganku!" tegasku geram, "kalian salah mengejar orang, aku hanya warga sipil biasa!"
"Max membawa sesuatu, dan kau adalah orang terakhir yang ditemuinya. Kau tinggal katakan padaku, dimana kau simpan benda itu!"
"Sudah kukatakan, aku tidak tahu!"
"Jangan mempersulit dirimu Gilang, hukumanmu akan semakin berat jika kau tak mau bekerja sama!" ancamnya. Aku mengeraskan rahangku,
"Apa, membunuhku? Menyiksaku? Silahkah!" kutantang dia. Sengaja, "aku pikir keadilan di negeri masih berlaku, tapi sepertinya..., pihak-pihak seperti kalian sudah melupakan norma dan undang-undang!"
"Jaga ucapanmu, kau akan menyesal sekali lagi mengatakan hal itu!"