Malam itu Sinta sedang menemani seorang tamu ketika Satria menghampirinya di klub, "Mas Satria!" desis Sinta. Satria melirik tajam dengan sorot tak suka kepada pria yang terkejut akan kedatangannya, mereka saling kenal karena sama-sama kader dari partai yang sama.
"Aku ingin bicafa denganmu!"
"Mas, aku sedang bekerja. Lain kali saja!"
Satria tak menggubris penolakan itu, ia segera menarik tubuh Sinta hingga berdiri ke sisinya. Pria itupun tampak marah, "malam ini dia milikku, aku sudah membayarnya!" serunya.
"Persetan denganmu!" sahut Satria lalu membawa Sinta pergi, tapi pria itu segera meraih lengan Sinta. Menghentikan langkah mereka di tengah kebisingan, "kau tidak bisa membawanya pergi semaumu, dia bukan milikmu!"
Satria memutar tubuhnya, menatap pria itu tajam, yang notabanenya lebih senior darinya, "dia memang bukan milikku, juga bukan milikmu atau siapapun. Dia milik dirinya sendiri, dan kau...aku tidak peduli dengan lidah bercabangmu!" balasnya lalu segera membawa Sinta keluar.
"Tunggu mas, kita mau kemana?" Sinta menahan ketika mereka sampai di parkiran, "pergi dari sini!"
"Tapi mas, aku sedang ada tamu!"
"Tamu, bukankah kau ingin pergi dari sini?"
"Iya, tapi tidak sekarang. Aku tidak bisa!"
"Karena hutangmu?"