"Ini yang mau ku kenalkan padamu kawan, namanya Sinta. Lebih cantik dari dewi Sinta kan?" Yoga mengenalkan. Satria masih diam terpaku menatap wanita anggun di sisi Yoga.
Dan itu..., adalah pertama kalinya aku bertemu dengannya. Seorang pria yang menatapku dengan sorot lain, sorot yang berbeda dari semua pria yang pernah ku temui. Sorot yang membuat dadaku berdebar-debar.
"Sinta. Ini temanku, Satria!"
Sinta mengulurkan tangannya, "Sinta!" lirihnya, "ehm..., Satria!" Satria menyambut tangan itu. Mereka berjabat cukup lama, mata Satria tak beralih dari wajahnya.
"Ehem!" suara Yoga membuyarkan keduanya. Ia tersenyum nakal pada temannya, berjalan ke sisinya dan berbisik, "bagaimana, aku tidak bohong kan?" Satria sedikit membuang muka. Tapi ia masih sempat melirik Sinta.
Lalu mereka pergi ke lantai atas, memesan sebuah ruangan karaoke. Dan memang benar, Yoga di suruh memilih 4 gadis pemandu sekaligus. Mereka karaokean selama dua jam, selama itu Satria dan Sinta hanya duduk berdampingan. Sesekali menyanyikan lagu saat Yoga memaksanya, berbeda dengan Yoga sendiri. Ia tak mungkin membiarkan kedua tangannya hanya diam saja menganggurkan ke empat gadis-gadis yang masih belia, merasa tidak nyaman dengan keadaan itu maka Satria memutuskan untuk keluar lebih dulu. Dan tentu saja Yoga menyuruhnya membawa Sinta ikut serta.
Berjalan ke parkiran Satria memungut hpnya dari saku karena terdengar suara bib, sebuah pesan singkat dari Yoga, "aku sudah membookingnya sampai pagi, jadi bersenang-senanglah semaumu. Karena kita kawan, kau tak perlu mengganti uangku. (emotion con jempol dan tertawa)
Satria hanya menyimpulkan senyum aneh dan menggeleng, selama perjalanan baik Satria maupun Sinta saling diam. Hening. Kaku. Tapi sesekali keduanya saling melirik.
Satria bingung harus membawa Sinta kemana, ke rumahnya..., tidak mungkin. Orangtuanya bisa menghajarnya habis-habisan.
"Ehm..., jadi...kemana biasanya Yoga membawamu pergi?" tanyanya memecah keheningan yang menyergap. Sinta menolehnya sejenak lalu mengembalikan pandangannya ke depan, "tidak kemana-mana Mas, ya...tetap disana, kamar. Paling kalau pergi keluar, ya ke hotel lain!" sahutnya.
Oh ya. Tentu saja. Satria mengangguk pelan.