Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

100 th [ The Bride and The Eclipse ]

9 Maret 2016   20:31 Diperbarui: 9 Maret 2016   22:16 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu bicara apa, Key. Aku nggak ngerti. Lepaskan aku!"

"Jangan takut sayang, aku tidak akan menyakitimu. Sebentar lagi, setelah ritual pernikahan suci kita. Kau akan terlepas dari tubuh ini, dan kita akan abadi selamanya!" katanya membelai wajah Anna,

"Pernikahan, ah..., kamu gila ya. Pernikahan apa, lepasin aku Key!" rontanya, "Cedrix, Anna sayang, aku tidak suka kau memanggilku Key. Kau masih tidak mengingatku Anna, meski aku sudah menggunakan nama asliku. Apa kau tahu, aku sudah menunggumu selama tiga generasi, aku mencarimu ke semua negri. Dan sekarang, kau di sini. Bersamaku!"

"Terserah apa kata kamu, lepaskan aku!" teriaknya meronta, karena wanita yang di ajaknya bicara itu masih tidak mengerti juga. Atau bahkan mungkin memang tidak mau tahu, maka Cedrix mempererat pegangannya pada kepala Anna, memaksanya untuk menatap matanya.

Sesuatu yang aneh Anna rasakan, ia seperti melihat cahaya berkilauan bergerak cepat sekali menembusinya, akalnya, ingatannya....,

New Orlean, Februari 1916...,

Wanita itu menatap matahari yang hampir total tertutup rapat oleh bayangan hitam, memakai gaun pengantin yang sangat indah, tapi gaun itu tidak berwarna putih melainkan hitam. Di sisinya, seorang pria yang juga berpakaian hitam, sedang membaca mantra seraya mengiris telapak tangannya dengan pisau kecil yang mengkilat, lalu meneteskan darahnya ke sebuah cawan perak. Sang wanita memutar tubuhnya hingga mengahdap pria itu, mengulurkan tangannya agar bisa ikut serta meneteskan darahnya ke cawan itu. Karena setelah darah mereka bercambur dan di mantrai, mereka akan meminumnya secara bergantian. Itu adalah ritual pernikahan yang akan mereka jalani di bawah gerhana matahari total, ketika gerhana sempurna mereka akan saling mencium dan keabadian akan menghampiri bersama kekuatan hitam yang besar. Darah murni yang di miliki sang gadis akan mengalirkan kekuatan mahadasyat ke tubuh mereka jika mereka bersatu dalam ikatan pernikahan di bawah gerhana, mereka akan menjadi penyihir terhebat yang pernah ada. Tapi sebaliknya, jika darah murni gadis itu menyatu dengan kekuatan putih, juga akan menghasilkan kekuatan tiada tara dalam kebaikan, dan jika menyatu dengan darah biasa, maka akan lenyap selamanya.

Cedrix tidak akan menyia-nyiakan hal itu, setelah sekian lama ia membuat Annabelle jatuh hati padanya. Ia akan membuat Annabelle menjadikannya penyihir terhebat dan abadi.

Tapi saat Cedrix baru saja mengiris telapak tangan Anna, sebuah suara menghentikannya, "Anna!" keduanya menoleh, itu Ramores, bersama ibu Anna. Ramores adalah sahabat kecil Anna yang juga menaruh hati pada Anna, dari awal ia sudah mencurigai bahwa Cedrix adalah seorang penyihir hitam.

Melihat ada pengganggu, Cedrix menjadi murka, ia menyerang Ramores dan ibu Anna dengan kekuatannya. Pada saat itulah Anna sedikit tersadar, ia bersedia melakukan ritual itu karena di bawah pengaruh sihir Cedrix meski ia memang jatuh pada pria itu. Cedrix masih mencoba menyerang Ramores yang mencoba melawan dengan kekuatan seadanya. Anna melihat Ramores mulai terpojok, "Cedrix, stop it!"

Tapi teriakannya tak di dengar oleh Cedrix yang terus menyerang Ramores yang sudah lemah hingga terpental-pental, tak berfikir lama..., Anna langsung berlari. Tanpa sepengetahuan Cedrix, tiba-tiba Anna berada di depan tubuh Ramores hingga harus terkena kekuatan mematikan yang harusnya di tujukan pada Ramores. Setelah serangan Cedrix tarik, perlahan tubuh Anna roboh ke tanah di samping tubuh Ramores.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun