"Aduh... Ssshhhh!" desis Anna lirih, tapi itu masih terdengar oleh Roy. Pemuda yang hanya setahun lebih tua darinya itu menatapnya aneh, "kenapa An?" tanyanya,
Anna menoleh seketika, tadinya mau ia tahan dulu tapi rasanya..., "nggak apa-apa!" sahutnya lalu menyorokan kepalanya di sela kursi depan yang di duduki Tiffani dan Soni, ia berbisik pada Tiffani, "Fan..., aku kebelet pipis nih!" katanya. Tiffani langsung melotot dan berseru,
"Hah..., mau pipis!" teriaknya,
Busset..., main nyablak aja tuh cewe, bikin pipi Anna merona. Anna pun meringis malu-malu saat dua cowo itu menolehnya, terutama Roy, "ih..., apaan sih... nggak perlu teriak-teriak kali!" kesalnya kembali ke duduknya.
"Emangnya kamu belum pipis tadi, kita nungguin sampai jamuran di depan gerbang kamu ngapain aja?" katanya memiringkan kepalanya melirik ke belakang.
"Ih, kamu super bawel deh. Gimana nih..., udah nggak tahan!" rengek Anna, "ya udah, kita cari...," sahut Tiffani yang di potong kembali oleh Anna, "sumpah, nggak tahan banget nih. Turun dimana aja deh, cepetan!" serunya tak peduli lagi dengan rasa tengsinnya terhadap Roy.
Melirik wajah Anna yang memerah membuat Soni harus menghentikan mobilnya di pinggir jalan, dalam sekejap Anna sudah melesat nggak tahu kemana, ada beberapa rumah warga di sana. Mungkin dia memasuki salah satunya buat numpang pipis. Lebih dari 10 menit menunggu, gadis itu tak kunjung datang.
"Itu teman kamu pipis apa ngapain sih, lama banget. Kita bisa ketelatan nih!" keluh Soni, "ya aku kan di sini, kalau mau tahu susul aja sono!" ketus Tiffani, "tapi..., iya ya. Kok Anna lama sekali ya. Coba aku turun ya?" seru Tiffani yang langsung meloncat tanpa persetujuan Soni. Ia celingukan untuk memikirkan rumah yang mana kemungkinan Anna numpang ke kamar kecil.
Lalu ia melangkah ke rumah yang lebih dekat saja, mengetuk. Lama tak di buka ia mengetuk kembali. Sepi. Nampaknya tak ada orang, ia mengintip lewat jendela. Tertutup gorden, lalu ia pindah ke rumah lainnya. Kali ini orangnya, berbicara dengan Tiffani sejenak, lalu Tiffani mulai memutari rumah itu untuk pergi ke belakang rumah itu karena kamar kecilnya ada di belakang rumah, terpisah dari ruamhnya. Soni dan Roy mengamati dari dalam mobil saja.
Tiffani mendekati kotak bangunan yang sepertinya hanya seluas satu meter persegi itu yang sudsh cukup usang. Pintunya terbuka, ia melongok ke dalam dan tak menemukan temannya. Ia pun celingukan sambil memanggil-manggil nama Anna. Tapi tak ada jejak.
"Anna, An..., kamu dimana?" serunya, "jangan becanda dong..., kan kamu yang paling semangat mau lihat gerhana. Keluar kenapa sih!" kesalnya, masih sepi. Ia celingukan lagi memandangi sekitarnya. Belakang rumah ini langsung terhubung ke hutan. Hanya tersekat kebun. Lalu mata Tiffani menangkap sesuatu, iapun mendekatinya karena ia merasa mengenalinya. Dan benar, ia memungut benda itu dari tanah yang di penuhi geguguran daun kering. Itu adalah anting yang Anna pakai tadi pagi. Ia kenal betul karena Anna membelinya bersama dirinya.