"Untuk apa?" potong Rizal lagi, "untuk bisa menyakitinya lagi, untuk menghinanya, kau masih belum puas memperlakukannya seperti sampah, sekarang apa lagi?" seru Rizal setengah berteriak, nafasnya mulai tak beraturan.
Nicky terbungkam.
"Kau hanya bisa melukainya, Nicky!" tuduh Rizal, "aku tidak tahu apa yang kau lakukan padanya saat aku tidak ada, tapi itu cukup menghancurkannya. Apa kau tidak ingat..., bagaimana dia berjuang untuk mengembalikan kehormatannya? Tentu kau masih ingat kan. Tapi entah apa yang kau lakukan sehingga membuatnya seperti ini__" Rizal diam sejenak menatap Nicky tajam, " kau ingin melihatnya kan, kau ingin melihatnya?" tanya Rizal lalu masuk ke dalam.
Nicky masih diam sampai Rizal berhenti di depan sebuah pintu yang terbuka di dalam rumah mungil itu, perlahan Nickypun mengayunkan langkah mendekatinya. Mata Rizal terkunci ke dalam ruangan kamar itu, Nicky berhenti di sisi Rizal lalu mengarahkan matanya ke arah Rizal memandang. Matanya melebar menemukan pemandangan di dalam.
Liana duduk bersandar di atas ranjang, meringkuk menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Pandangannya kosong. Masih ada sisa ketakutan di dalam mata indah itu. Menyaksikannya, mendadak dadanya seperti di jatuhi meteor besar. Sakit. Sesak.
"Kau lihat itu!" desis Rizal, "harusnya dia tak terlibat dengan keluargamu, sepupunya... Rey, membuat kehormatannya cacat. Lalu Valent, kakakmu. Apa kau tahu apa yang di lakukannya terhadap Liana?" serunya. Nicky terhenyak Rizal menyebut nama kakaknya.
Valent?
Apa maksudnya?
"Kau tahu, saat keluar dari rumah. Valent menyergapnya, kakakmu itu..., mengukir inisial namanya di wajah Liana dengan pisau matang!" ungkap Rizal. Nicky kian terhenyak, kini memutar kepalanya ke arah Rizal, "kau bisa bayangkan bagaimana rasanya?" tambah Rizal. Nicky masih diam,
Valent mengukir inisial namanya di wajah Liana dengan pisau matang? Benarkah?
"Aku hanya mampu membiayai operasi pertamanya, kata dokter..., bekas lukanya bisa benar-benar hilang dengan operasi susulan. Kau bertemu dengan Liana beberapa kali kan?" tanya Rizal. Nicky masih tak menjawab, "apa kau tidak melihat itu, Nicky. Inisial nama kakakmu, di wajahnya?" Rizal menatapnya tajam.