Perlahan Tomi memeluk tubuh gadis itu, lembut tapi erat. Bening mengulas senyum di bibirnya, "aku mencintaimu!" desisnya lirih. Buliran bening mengalir di pipinya, dan setetes meluncur dari pelupuk Tomi. Itu airmata pertama yang ia keluarkan untuk seorang wanita bahkan sejak ia masih remaja. Lalu tubuh Bening melemas, tangannya terkulai ke udara.
Tomi terhenyak.
Ia melepaskan pelukannya, menarik tangannya yang berwarna merah oleh darah gadis itu untuk menyentuh pipi yang selalu ingin ia sentuh sejak pertama kali mereka bertemu.
"Hei!" panggilnya, "Be-Bening!" desisnya, tak ada tanggapan. Ia meraba pipi itu, dan airmatanya menderas begitu saja. Ia memjamkan mata untuk membiarkan tangisnya menggema, senjata api yang masih di cengkramannya ia perkuat ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Sekali lagi ia memeluk tubuh Bening yang sudah terkolek lemas.
Beberapa polisi sudah berada di sekitarnya dengan masih menodongkan senjata api mereka ke arahnya. Tomi membuka mata dan meredam tangisnya, wajahnya berubah garang. Menggerutu geram dengan mengencangkan pegangan senjata apinya dan mengepalkan tinjunya.
__________o0o__________
Â
@Y_Airy | Jakarta, 15 Februari 2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H