Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Missing Years

25 Januari 2016   20:38 Diperbarui: 25 Januari 2016   21:25 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Januari 2016

Dengan senyum mengembang Dila memasuki ruangan tempat resepsi pernikahan Ani, kalau Ani bukan sahabat baiknya ia malas pergi ke pesta pernikahan seperti itu. Banyak undangan datang dari kolega ibunya, karena sekarang ia menjalankan butik yang ibunya rintis dari nol pasca perceraian orangtuanya. Ibunya berhenti bekerja lalu membuka butik bersama temannya, awalnya itu butik bersama hingga akhirnya teman ibunya membuka butik sendiri di kota lain, sekarang ia yang menggantikan ibunya karena ia juga suka fashion. Selain itu ia memang sudah menyandang gelar desainer. Mau gimana lagi?

Hampir semua undangan pernikahan tak pernah ia datangi, ibunya yang datang. Suami Ani adalah seorang arsitek, mereka bertemu di perusahaan yang sama hingga berlanjut ke pelaminan.

Dila menghampiri Ani dan memberi selamat pada kedua mempelai, "Dila....!" girang Ani, Dila menghampirinya dan mereka cipika-cipiki dulu sebelum berpelukan.

"Selamat ya, semoga kamu bahagia selamanya!" katanya setelah melepas peluk, "thanks banget ya udah mau dateng, maafkan aku ya kalau buat kamu sedih dengan hal seperti ini!"

"Aku nggak sedih kok, aku bahagia buat kamu!"

"Dila, kamu nggak bisa terus seperti ini. Kamu harus move on, lupain dia, toh dia juga nggak mikirin kamu lagi!"

Dila tersenyum, "ini hari bahagia kamu, kita nggak usah bahas itu ya. Lagian....tamunya pada ngantri nih!" seru Dila melirik belakangnya lalu memeluk Ani sekali lagi sebelum melanjutkan langkah. Ani mengerti perasaan sahabatnya, tapi ia bingung kenapa Dila masih saja terbelenggu rasa bersalah itu hingga detik ini?

Dila menyibak lautan orang-orang yang tengah ngobrol sembari mencicipi hidangan itu, dari sekian banyak orang di sini hanya beberapa saja yang ia kenal.

"Ouh!" serunya ketika ia menubruk seseorang, lengannya basah oleh cairan dari gelas orang yang tabrakan dengan dirinya, ia mengibas-ngibaskan lengannya itu lalu mengangkat wajahnya. Matanya menemukan sosok seorang pria yang belum pernah ia temui tapi sorot mata itu......

Keduanya diam terpaku, saling tatap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun