"Teriak saja, kelihatannya masih sepi tuh!" tantangnya membuat Sonia kembali melotot, Sonia menggerutu, di pikirnya ia hanya menggertak apa!
"Tolong...., tol..ehm....!" Ryan segera menyambar tubuhnya dan membekap mulut Sonia dengan tangannya, merapatkannya ke tembok. Sonia meronta, pemuda itu dengan segera memeluknya erat dengan satu tangan karena tangan yang satu harus menutup mulut gadis itu agar tak bersuara. Tangan kanan Sonia yang terjepit di antara tubuhnya dengan tubuh Ryan sungguh sulit untuk di gerakan, tapi tangan kirinya yang bebas memukul-mukul tubuh pemuda itu.
"Sssshhhhttt....,kamu diam aja, nurut aja ya, aku nggak akan nyakitin kamu kok!" bujuknya, tapi Sonia tetap berusaha melepaskan diri dari dekapan Ryan.
"Hemh....hemh....!" hanya suara seperti itu yang mampu keluar dari tenggorokannya karena terhalang tangan pemuda yang tengah memeluknya erat, bahkan sampai membuat tubuhnya terasa sakit. Katanya tidak akan menyakiti, lalu ini apa?
Karena sulit sekali mendorong tubuh Ryan yang termasuk dalam kelategori atletis itu, maka Sonia mencoba dengan cara lain, ia mencakar bahu pemuda itu hingga tersentak lalu menendang bagian vitalnya. Spontan Ryan melepasan dekapannya dan memegang alat vitalnya sendiri seraya meraung,
"Auwh...shit! Brengsek!" makinya, ia lalu menatap Sonia dengan garang, gadis itu mencoba memukulnya, ia pikir mungkin karena saat ini Ryan sedang kesakitan. Tapi rupanya pemuda itu menangkap tangannya dengan cepat, dan secepat kilat pula melintirnya ke belakang hingga tubuh Sonia berbalik, "arghh!" teriak Sonia.
Ryan kembali memeluk tubuh Sonia, kali ini dari belakang dengan tetap mengunci tangan gadis itu agar tak bisa bergerak, "sudah aku bilang kamu nurut aja, jadi kita nggak perlu pakai kekerasan!" bisik Ryan,
"Lepaskan aku brengsek!"
Terdengar tawa ringan dari mulut Ryan, "boleh, tapi ada syaratnya!" katanya menawar, "kamu harus menuruti semua mau aku, gimana?"
"Nggak akan pernah!"
"Yakin?"