Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wild Sakura #Part 10 ; Perkenalan di Koridor Toilet

30 November 2015   16:40 Diperbarui: 7 Januari 2016   00:31 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, Wild Sakura #Part 9 ; Gadis Itu....!

 Edwan masih membayangkan wajah gadis di kedai soto itu yang sempat berubah menjadi Laras, kenapa sosok Laras bisa muncul pada diri gadis itu, siapakah gadis itu sesungguhnya?

Ia terus memikirkan hal itu selama perjalanan pulang, selama ini tak ada satu wanita pun yang ia temui bisa mengingatkannya kepada wanita itu. Dan hingga saat ini ia masih belum bisa mengisi hatinya dengan wanita lain, meski dari segi usianya ia sudah berumur.

"Laras, dimana kau sekarang. Apakah mungkin......?" ia mulai menerka tapi ia segera menepis apa yang ada di dalam benaknya.

Sementara Rocky masih diam di dalam mobilnya, memperhatikan kedai itu sedang di bereskan karena hendak tutup. Matanya tak lepas dari salah satu gadis yang ada di sana, ia tak mau kecolongan lagi, pokoknya ia harus bisa mengetahui dimana gadis itu tinggal.

Saat Sonia berpisah dengan teman-temannya dan berjalan menyeberang jalan, ia hendak mengikuti menggunakan mobil tapi sepertinya gadis itu menuju ruko sebelah, maka iapun memutuskan untuk jalan kaki saja. Terlihat Sonia memasuki sebuah ruko yang sepertinya adalah toko kaset, iapun menuju ke sana.

"Hai Rik, hari ini lembur nggak?" tanyanya ketika baru masuk, Erik yang memang lagi free langsung bergeser, "si Agus lagi sakit, jadi ya aku lembur buat gantiin jamnya dia!" sahut Erik.

Pintu masuk terbuka dan seseorang muncul menembusnya, Sonia dan Erik menoleh, "selamat datang!" sambut Erik dengan senyuman. Rocky tersenyum ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Sonia. Tapi gadis itu malah memalingkan muka dengan segera, Rocky berjalan ke jejeran rak berisi kaset, mengotak-atik beberapa kaset seperti sedang memilih tapi matanya sesekali menyapu ke arah Sonia berada. Rupanya gadis itu juga sedang memperhatikannya, Rocky menggunakan kesempatan itu untuk menatapnya langsung juga, karena ketahuan maka Sonia kembali memalingkan wajah.

Erik merasa ada yang aneh dengan tingkah gadis itu, "Sonia, kamu kenapa?" tanyanya, Sonia sedikit tersentak dengan suara Erik, "eh, apa?"

"Hem.....mukamu merah tuh," sindir Erik yang matanya lalu menuju ke arah pria yang baru masuk tadi yang memang sedang mengamati Sonia, "Eh, kamu kenal sama pria itu?" tanya Erik menunjuk Rocky dengan dagunya, Sonia menoleh ke tempat yang tunjuk dagu Erik.

"Katanya sih...., dia anak dari pemilik perusahaan di seberang itu!" sahutnya lirih, "ouh....., sepertinya dia ngikutin kamu!" sambung Erik. Wajah Sonia tambah merona, "apaan sih kamu, udah ah...aku mau pulang aja!" kesalnya langsung berjalan keluar dari tempat itu. Melihat Sonia pergi Rocky pun segera ikut meninggalkan tempat itu dengan terburu, Erik memperhatikannya. Ia membuka mulut tetapi belum sempat suaranya muncul pria itu sudah menghilang menembus pintu, Erik terpaksa membiarkan mulutnya menganga tanpa suara lalu mengatupkannya kembali.

Sonia berjalan kaki di jalanan biasa, karena masih ramai orang jadi ia tak mengetahui kalau pria itu masih mengikutinya. Rocky cukup pandai juga menjaga jarak, karena sosok Sonia yang tinggi membuatnya tak terlalu sulit untuk mengenalinya, terutama gadis itu memakai kemeja ungu seperempat lengan yang membuat kulitnya jadi bersinar di bawah pantulan mentari sore, meski kemeja itu sudah terlihat sedikit usang karena sering di cuci.

Ia melewati trotoar di pinggir jalan berhambur dengan pejalan kaki lainnya, Karena jarak kost dari tempat kerja hanya sekitar dua kilometeran jadi ia memang lebih suka jalan kaki jika sedang tak bersama Erik.

Dimas mengendarai motornya pelan, ia celingukan ke arah para pejalan kaki mencari seseorang hingga sebuah senyuman mengembang di wajahnya, "Sonia!" serunya seraya menghentikan laju motornya. Mendengar sebuah suara seperti memanggil namanya iapun berhenti dan celingukan juga.

"Hei!" seru Dimas mengangkat tangannya, Sonia segera menangkap sosok pemuda itu. Sedikit kaget tapi iapun menghampiri. Rocky berhenti diam mengamati Sonia menghampiri pemuda yang memanggil namanya tadi, pemuda itu masih mengenakan seragam sekolah.

"Hai Di, kok ada di sini?"

"Tadi aku ke tempat kerja kamu, tapi udah tutup. Terus aku juga mampir ke Reizy sekalian beli vcd, kata Erik kamu udah pulang duluan, jadi aku cari aja di sepanjang jalan ini!"

"Emang ada apaan lagi?"

"Ini....teman-teman ngajakin ngumpul di caffe sekalian makan, ikut ya!"

"Ehm....," sonia menggaruk sisi kepalanya, Rocky mengerutkan dahi mengamati pemuda yang sedang berbicara dengan Sonia. Ia merasa seperti mengenalnya.

"Itu kan.....itu bukannya.....anaknya om Remon, Dimas!" desisnya pada diri sendiri, ia memang pernah bertemu Dimas sekali di hari ulang tahun pernikahan orang tuanya, itu karena ia memilih mengeyam pendidikan di luar negeri makanya ia tak pernah bertemu Dimas sebelumnya. Padahal orang tua mereka sering berkumpul karena merupakan sahabat dekat.

Terlihat Sonia menaiki motor Dimas di belakang, Rocky segera menepi dan menyetop taksi, untung banyam taksi yang seliweran jadi mudah mendapatkannya.

"Pak, tolong ikuti motor Ninja hitam di depan itu ya!"

Sang sopir taksi mengangguk dan mulai menjalankan taksinya begitu motor Dimas melaju, karena Dimas tidak mengebut jadi ia mudah untuk membuntutinya, mereka berhenti di sebuah caffe. Setelah Dimas dan Sonia menembus pintu iapun ikut masuk ke dalam, terlihat kedua muda-mudi itu menghampiri sebuah meja yang sudah di isi oleh tiga pemuda dan dua cewe yang masih berseragam SMU. Iapun mengambil tempat duduk di dekat pintu keluar tapi di sisi kaca.

"Sonia!"

Sonia bersalaman dengan dua cewe itu, "Dina," kata yang berambut hitam lurus panjang berwajah oriental yang duduk di sisi Gio, lalu cewe yang satu lagi berdiri gantian menyalami Sonia, "Ivy!" wajahnya memang ala-ala orang Jerman gitu, namanya YVette, biasa di panggil Ivy lalu iapun kembali duduk merapat Ian. Bayu yang asyik main gadgetnya karena ia yang nggak punya pacar. Dimas dan Sonia pun duduk berjejer di kursi yang masih kosong.

"Kamu mau pesen apa?" tanya Dimas pada Sonia, di meja sudah terhidang beberapa menu pesanan anak-anak lainnya, "ehm...apa aja deh terserah kamu!" sahutnya. Lalu Dimas memanggil seorang waitresnya dan memesan menu yang sama.

"Bay!" seru Dina, Bayu hanya melirik sejenak, "masa kamu kalah sama Dimas, sekarang aja Dimas punya pacar, kamu kapan?" godanya, Sonia melotot mendengar ocehan gadis itu.

"Kalau pacarnya bikin ribet kaya' kalian mendingan aku sendiri aja, nggak pusing!" sahutnya tetap asyik bermain game, "move on dong Bay, move onnnnnnn....., kalau kamu punya pacar lagi bukan berarti kamu mengkhianati Lyra. Lyra nggak mungkin keberatan kok kalau kamu pacaran lagi," timpal Ian, Bayu hanya diam. Bayu memang sangat menyayangi Lyra, sayangnya Lyra meninggal hampir dua tahun lalu karena kelainan jantung, sejak itu sampai saat ini Bayu memang belum bisa menerima gadis lain di sisinya.

"Lyra, Lyra itu siapa?" tanya Sonia, semuanya diam, saling lirik. "nanti kamu juga tahu!" sahut Dimas, Sonia melirik Bayu yang masih tak mau mengangkat wajahnya. Mungkin pemuda itu sebenarnya sedang mengenang gadis yang bernama Lyra yang baru saja di sebut oleh teman-temannya.

"Eh, aku mau ke toilet dulu. Di sebelah mana ya?" seru Sonia, "di sana!" tunjuk Dimas ke ujung ruangan yang tak jauh dari panggung band. Sonia pun segera menuju ke sana, Rocky pun ikut ke toilet. Karena asyik ngobrol dengan yang lainnya maka Dimas tak menyadari kalau ada Rocky di sana,lagipula di sana banyak yang seliweran ke toilet.

Rocky tidak masuk ke toilet pria, ia hanya berdiri di koridor, termangu. Jika ia masuk ke toilet pria nanti malah tidak tahu saat Sonia keluar. Ia sedikit menyandarkan diri ke tembok, beberapa orang yang lewat cuek saja karena ada juga memang cowo yang terkadang berada di situ untuk menunggu temannya atau pacarnya.

Saat keluar dari ruangan toilet wanita Sonia melonjak melihat Rocky berdiri di depannya, matanya langsung membalas tatapan pria itu. Keduanya diam cukup lama sebelum Sonia menyadarinya lebih dulu,

"Kamu!" serunya, "kamu....mengikutiku sampai di sini?"

"E, a...aku...aku...," Rocky jadi panik dan salting karena Sonia menyadari di ikuti olehnya, "apa maumu?" tanya Sonia sedikit ketus. Rocky menghela nafas untuk menghilangkan kegugupannya, "aku hanya mau.....!" iapun memutar bola matanya untuk mencari jawaban yang tepat,

"Mau apa?"

"Mau....mau berkenalan denganmu!"

Seketika mata Sonia melebar, pria itu mau berkenalan dengannya sampai mengikutinya ke toilet, apakah dia sudah gila? Dan wajah Rocky berubah memerah karena sedikit malu, ya, perbuatannya memnag gila, atau mungkin kekanakan. Jangan-jangan....Sonia malah infil dengan perbuatannya itu?

"Jika kamu hanya mau berkenalan, kenapa harus menguntitku segala, sampai ke toilet lagi. Jangan-jangan kamu mau berniat jahat ya?"

"Tidak!" katanya sedikit berteriak, "bu-bukan begitu, ak-aku...aku hanya....!" ia menggaruk tengkuknya dengan tingkah sedikit kikuk, Sonia mengernyit menunggu jawabannya, "aku hanya....tidak berani menghampirimu secara langsung, itu saja!" jujurnya.

Mata Sonia bertambah lebar, menatap dalam pria itu. Tampangnya sih keren sekali, dia tampan, berwibawa, gagah, dari parasnya sih...cocok jadi womanizer, tapi kok.....

Dan menatap mata pria itu, membuat dadanya kembali bergemuruh, letupan-letupan aneh kembali menari-nari di dalam rongga dadanya, seperti lava yang siap meledak, hal itu juga membuatnya menjadi gugup tapi ia tak mau hal itu di ketahui oleh pria di depannya. Ia juga tak mau hanyut dalam getaran aneh yang sedang merayapi hatinya, ia takut terlena, lena yang akan membuatnya jatuh.

"Tapi kamu tak harus mengikutiku sampai seperti ini kan?"

"Ehm...maaf soal itu, aku tak berniat jahat kok!"

Sementara di ruangan itu, "kok Sonia lama banget ya?" seru Dimas, "ngantri mungkin, maklum toilet cewe!" tukas Dina, sebagai cewe ia tahu terkadang toilet umum kusus wanita harus mengantri panjang sekali.

Beberapa orang yang lewat sempat memperhatikan mereka sekilas, risih juga sih terjebak dalam keadaan seperti itu di koridor menuju toilet.

"Rocky Samudra Wijaya!" pria itu memperkenalkan diri dengan sodoran tangannya, Sonia melirik tangan kekar pria itu, perlahan ia menyambutnya sambil menyebutkan namanya, "Sonia!"

"Sonia?"

"Sonia Sakura!"

"Itu nama yang cantik!" pandangan Rocky lekat ke mata Sonia, bahkan tangannya juga belum ia tarik, senyum manis melengkung di bibirnya. Sonia yang lebih dulu menyadari situasi yang makin terasa aneh, jabat tangannya seolah membuatnya mampu detakan jantung pria di hadapannya, ia menarik tangannya sedikit kasar. Membuat Rocky tersentak oleh terkesimanya,

"Kita sudah berkenalan kan, jadi jangan menguntitku lagi!" katanya lalu berlalu meninggalkan Rocky yang masih terpaku di sana, sebenarnya ia malas jika harus memiliki perasaan seperti itu terhadap pria kaya. Ia takut nasibnya akan seperti ibunya, pada akhirnya ia akan tercampakan dan menderita. Tapi entah, kenapa Tuhan justru menciptakan debaran aneh setiap kali matanya bertauatan dengan pria yang baru ia ketahui namanya Rocky.

Sonia kembali duduk di kursinya, "kok kamu lama banget sih?" tanya Dimas sewot, "eh..mm......tadi....aku....," ia tak mungkin bilang kalau ia di buntuti seseorang sampai ke toilet padanya orang itu hanya mau berkenalan saja, "kamu sakit perut ya, apa lagi dapet?" tanya Dina. Sonia tersenyum dengan sahutan Dina, gadis itu jadi seperti penyelamat baginya, jadi ia tak perlu berbohong kan!

"Ouh...ya udah, di makan nih. Udah dingin tahu!" tambah Dimas, Rocky melewati meja mereka dan Sonia melirik hingga pria itu duduk di mejanya. Memandangnya kembali, aduh....apa dia juga masih akan menungguinya lalu mengikutinya pulang juga?

Tapi akhirnya Sonia merasa lega karena pria itu keluar lebih dulu, setelah ngobrol cukup lama mereka pun pada bubar dengan acara masing-masing, dan tentunya Dimas akan mengantar Sonia pulang.

* * *

Rocky masih di dalam taksi sewaktu motor Dimas meninggalkan kediaman Sonia tinggal, ia menatap gadis itu masuk ke menembus sebuah pintu. Diam cukup lama lalu menyuruh sopir taksi itu untuk menyingkir. Melihat kebersamaan Sonia dan Diams, menyelipkan rasa cemburu di hatinya, apakah bubungan Sonia dan Dimas?

Apakah mereka pacaran?

Mereka terlihat sangat dekat sekali, tapi saat berboncengan tadi Sonia tidak memeluk tubuh Dimas layaknya sepasang kekasih, ia makin tertantang untuk tahu tentang gadis itu. Karena tadi sudah ketahuan maka lebih baik mulai sekarang ia terang-terangan saja mendekati Sonia. Ya, ia memutuskan untuk melakukan itu.

Selesai mandi dan baru saja ia hendak merebahkan diri ke kasur, pintu kamarnya di gedor seseorang dengan kencang sampai membuatnya tersentak,

Siapa malam-malam begini, kalau Erik pastilah memanggil namanya? Maka iapun berjalan membuka pintu. Ketika pintu terbuka matanya melebar seketika, ia hanya tak menyangka pemuda itu bisa berdiri di depan pintunya saat ini.

 

---Bersambung.....---

• Wild Sakura , tayang setiap hari Senin.

Wild Sakura #Part 11 ; Tamu Tak Di Undang

Wild Sakura #Prologue

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun