"Masalah kamu yang belum selesai, kalau kamu niat nolongin aku, ya kamu tolong aja. Nggak perlu jadiin aku sebagai barang taruhanmu, kamu pikir aku apaan?"
"Aku terpaksa menerima tantangan Ryan, kalau nggak. Meskipun aku bisa melepaskan kamu dari dia, dia pasti akan selalu nyariin kamu terus sampai ketemu!"
"Ya itu urusan aku bukan urusan kamu!"
"Sorry nih kalau aku nimbrung," seru Gio, "tapi Dimas benar, lebih baik kamu ikut kita dulu. Ini memang daerah kekuasaannya Ryan, lain kali....belum tentu kita bisa nolongin kamu. Dan seenggaknya, sekarang kamu yang nolongin kita, kamu nggak kasihan sama Dimas entar di panggil pecundang karena nggak bisa nepatin janji bawa kamu ke tempat trak?" jelas Gio.
Sonia terdiam sebentar, apa yang di katakan cowo yang satu ini benar juga. Lagipula setidkanya, mereka memang sudah melepaskan dirinya dari Ryan dan teman-temannya.
"Ok, tapi kamu harus menang. Karena kalau kamu kalah, aku nggak akan pernah maafkn kamu!" ancamnya. Dimas hanya mengangguk. Soniapun naik di belakang Dimas dan mereka segera melaju.
* * *
Tempat itu sudah ramai dengan orang-orang, Ryan dan Dimas memang musuh abadi sejak kecil, sejak SD. Untungnya sejak SMP mereka selalu berbeda sekolah, kalau satu sekolah....pasti setiap hari akan beradu. Karena mereka memang tak pernah bisa akur.
Dimas dan Ryan sudah bersiap di motor masing-masing, Sonia berdiri di antara Gio dan teman-teman Dimas yang lainnya. Menonton kedua pemuda itu adu kecepatan, riuh penonton langsung menggelegar ketika pertandingan di mulai.
"Ehm....sorry, nama kamu siapa tadi?"
"Gio!"