"Kamu...?" Ridwan sama sekali tak menjawab, Nadine memang berhak untuk marah sebesar itu padanya. Tapi apa yang Nadine lakukan, ia melepas cincin yang melingkar di jari manisnya, Ridwan sempat tercekat melihat hal itu, Nadine memungut telapak tangan pria itu lalu menaruh cincinnya di sana.
"Aku tidak bisa bahagia di atas penderitaan sahabatku, maaf...., aku tidak bisa menikah denganmu!" kata Nadine lalu berlalu, Ridwan hanya diam termangu. Menatap punggung wanita itu yang menghilang ke dalam taksi yang di cegatnya, lalu ia menatap telapak tangannya sendiri yang terdapat sebuah cincin yang hampir dua tahun melingkar di jemari lentik Nadine. Tetes-tetes airmata membajiri pipinya, sekarang ia harus menanggung apa yang telah di lakukannya, ia tak hanya kehilangan Alisa tetapi juga Nadine. Ia menggenggam erat cincin itu dengan pedih. Dan sekarang apa yang harus di lakukannya?
Alisa sedang sekarat di rumah sakit, apakah sekarang pantas jika dirinya menemuinya? Padahal selama ini ia tak peduli dengan keadaan wanita itu, bahkan ia tak sekalipun mengunjunginya selama di lapas.
* * *
Nadine datang ke rumah sakit tempat Alisa di rawat, tetapi ia di cegat oleh seorang polisi yang berada di depan ruangan Alisa.
"Maaf pak, saya ingin melhlihat keadaan Alisa!"
"Kami tidak bisa menginjinkan sembarang orang masuk, nona!"
"Saya adalah korban dari kasus Alisa, saya sudah sembuh. Saya ingin anda tahu pak, bahwa Alisa tidak bersalah, dan sekarang saya mohon ijinkan saya menemuinya!"
"Maaf saudari Nadine, tadi kondisi saudari Alisa sempat drop dan sekarang belum sadarkan diri lagi. Lagipula...jam besuknya sudah hampir habis, lebih baik saudari Nadine menunggu jingga jam besuk berikutnya saja!"
Nadine mengintip Alisa dari kaca yang tak terlalu lebar, airmatanya tak mau berhenti mengalir. Saat ia berbalik Lucas sudah berdiri tak jauh darinya, tetapi Nadine tak mengenalnya. Ia hanya menatapnya sejenak lalu pergi dari sana,
Nadine sudah sadar, tapi kenapa kamu baru sadar sekarang? Setelah semuanya hancur!