"Apa!" seru semua orang, tubuh Ridwan seketika jadi limbung. Tapi ia masih berdiri di atas kakinya, "Bukan Alisa...., bukan dia....," tangis Nadine menderai sekarang, "katakan padaku, dimana Alisa sekarang?" rengeknya, "dimana dia?" katanya setengah berteriak.
"Maafkan aku Nadine, tapi....!" desis Ridwan tanpa ekspresi, "Alisa di penjara!" lanjutnya, mulut Nadine membuka lebar karena saking terkejutnya, ia memandang Ridwan tak percaya, lalu beralih pada kedua orangtuanya yang sepertinya mengiyakan hal itu, buliran bening pun semakin deras meluncur melewati pipinya.
"Di-penj-jara!" desisnya terbata, "kalian memenjarakannya?"
"Nadine!" Ridwan mendekat, "kenapa kamu tega?" teriak Nadine,
"Nadine!"
Nadine meluncur dari ranjang, tetapi ia terjerembat ke lantai karena masih sedikit lemas setelah lama koma, "Nadine!" seru semuanya membantunya berdiri, "lepaskan, kepaskan aku..., aku tidak butuh bantuan kalian!" teriaknya, "lepaskan....!" serunya yang berakhir dengan tangisan.
"Kami tidak tahu...!" seru Ratna, tapi Nadine terus saja menangis seperti anak kecil.
* * *
Nadine melempar pandangannya keluar kaca mobil, ia ngotot keluar dari rumah sakit saat itu juga setelah mendengar penjelasan semua orang. Alisa di penjara, bahkan sidang pengadilannya pun sudah di laksakan seminggu setelah peristiwa itu terjadi, dan yang lebih menyakitkan...., Alisa harus di jatuhi hukuman penjara seumur hidup. Katanya semua bukti mengarah padanya, bahkan tidak ada secuilpun sidik jari Cheryl di tempat itu. Tapi kenapa Alisa tidak melawan?
Ridwan meliriknya, "Nadine, aku...!"
"Percepat saja jalannya, aku ingin segera bertemu Alisa!" potongnya, mereka memang sedang menuju lapas. Nadine ingin segera menemui Alisa dan mengatakan kepada mereka bahwa Alisa tak bersalah, ia akan mencabut tuntutan keluarganya terhadap Alisa.