Perlahan Lucas menghampiri tubuh Alisa yang terkolek lemah di atas ranjang sempit, pagi ini ia datang untuk mengantarkan sarapan pagi seperti biasannya, tetapi ia malah mendengar hal yang buruk tentang Alisa.
Ia memandang wajah wanita itu yang sangat lemah, perlahan ia memungut telapak tangannya, menggenggamnya erat. Buliran bening menetes dari matanya tanpa suara, hatinya sangat teriris melihatnya seperti itu. Tangan mungil di dalam tangannya itu bergerak halus dan lemah, Lucas segera menyeka airmatanya ketika melihat kepala Alisa juga bergerak perlahan. Matanya bergerak lalu membuka sayu, di lihatnya mata indah dengan bulu yang lentik itu mengerjap beberapa kali lalu menatapnya.
"Luke!" desisnya lirih, Lucas tersenyum padanya, "hei!" sapanya lembut, Alisa membalas senyuman itu dengan lemah. Tangan Lucas masih memegang lembut tangan Alisa, Alisa merasakan itu, dan ia tak berniat menarik tangannya selain itu tenaganya memang lemah sekali.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Lucas, "aku baik-baik saja kok!"
"Berhenti ucapkan itu, aku mohon!" pinta Lucas, "setiap kali kamu ucapkan itu dadaku sakit sekali, kenapa kamu begitu bodoh, memilih jalan seperti ini?"
"Aku.....,"
"Aku takut setengah mati saat aku tahu kondisimu!"
Alisa tersenyum lembut, "kamu tahu Luke, aku tidak membuangnya!" desisnya, "aku memakan semuanya, semuanya.....!" Lucas tahu apa yang di maksudkan oleh wanita itu, dan sekali lagi buliran bening meluncur darimatanya, ia tak peduli kalau harus terlihat sebagai pria yang cengeng saat ini.
"Maafkan aku ya," desis Alisa, Lucas menggeleng pelan, "seandainya aku bisa...., aku ingin bisa membalas perasaanmu!" aku Alisa, dan itu semakin membuat tangisan Lucas berurai, "mungkin....aku bisa menyisakan sedikit, ruang...., buat kamu!" bibir Alisa tergetar, nafasnya terasa berat. Lucas menggeleng lagi,
"Kamu jangan terlalu banyak bicara dulu, itu sudah tidak penting lagi. Yang penting sekarang....adalah kesehatanmu!" Lucas menyeka airmatanya, wajahnya.
"Maksud bapak apa?" tanya Nadine,