Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #22 ; Apa Kesalahanku?

5 Juli 2015   19:12 Diperbarui: 5 Juli 2015   19:12 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Bukan saya yang melakukan itu, Madam. Saya tidak mungkin mencelakai Nadine!"

"Beberapa penari melihatmu di depan loker Nadine, bisakah kamu jelaskan apa yang kamu lakukan?"

"Saya...., saya hanya....!" Alisa bahkan tak tahu bagaimana menjelaskan keadaan hubungannya dengan Nadine sekarang.

"Saya percaya bukan kamu yang melakukannya, tapi bagaimana dengan yang lainnya!"

"Madam....percaya kalau bukan saya yang merusak sepatu Nadine?"

"Saya cukup mengenalmu Alisa, itu sebabnya saya masih memberimu kesempatan untuk bergabung lagi ke sanggar ini. Tapi ingat, saya tidak mau kamu sampai mengulangi kesalahanmu. Apapun yang terjadi, jangan mencoreng nama sanggar ini untuk kedua kalinya!"

"Terima kasih Madam, saya akan berusaha!"

"Saya tahu kamu cukup dekat dengan Nadine, lebih baik kalian selesaikan masalah kalian dan kesalah pahaman ini!"

"Iya Madam!"

"Dan mengenai pementasan nanti, jika kaki Nadine belum sembuh dan dia belum bisa menari maka kita harus mencari orang lain sebagai pemeran utamanya!" Madam Selfie menatap Alisa dalam, "saya merekomendasikanmu sebagai pengganti Nadine!"

"Saya, tapi Madam saya baru saja bergabung kembali. Itu pasti akan menimbulkan banyak kecemburuan bagi penari lainnya!"

"Hanya kamu yang saya lihat paling berkompeten, paling memenuhi syarat. Saya tidak berani mengambil resiko untuk penari lain!"

"Tapi Madam, mungkin akan lebih baik jika kita menunggu Nadine sembuh!"

"Dan kita juga tidak mungkin mengundur atau membatalkan pementasan ini, ini pementasan penting. Akan ada banyak tamu-tamu penting, termasuk perwakilan dari Asosiasi Balet International. Bukankah seharusnya kamu senang, ini kesempatan besar untukmu!" bela Madam Selfie.

"Saya tahu Madam, tapi apa gunanya saya senang jika itu menimbulkan rasa iri dan sakit hati bagi orang lain. Apalagi jika itu teman saya sendiri!"

Madam Selfie menatapnya seraya menggeleng pelan.

* * *

Ridwan berhambur masuk ke UGD, ia segera melenyapkan diri dari kantor saat Ibunya menelponnya tentang apa yang terjadi pada Nadine. Dan soal penyebabnya, ia masih tak percaya.

Semuanya keluar ketika mengetaui situasi keduanya yang sepertinya memang ingin bicara berdua saja.

"Nadine, kamu tidak apa-apa?"

"Masih peduli juga kamu sama aku?"

"Kenapa kamu bicara seperti itu?"

"Haruskah kamu masih bertanya, dan haruskah aku menjawab? Ku rasa kamu sudah tahu alasannya!"

"Dan kamu percaya kalau Alisa yang melakukannya?"

"Ada beberapa teman yang menjadi saksi, mereka melihat Alisa di depan lokerku!"

"Apakah mereka melihat Alisa merusak sepatumu?"

Nadine terdiam, ia memang tidak yakin Alisa yang melakukannya. Alisa yang di kenalnya selama ini tidak akan mungkin melakukan hal itu. Tapi saat ini....

"Eh...., memang tidak. Tapi siapa lagi, bukankah Alisa memang ingin menyingkirkan aku darimu!"

"Itu tidak benar Nadine!"

"Kamu selalu membelanya, lalu aku kamu anggap apa?" Nadine menatap Ridwan tajam, "atau jangan-jangan selama ini cintamu padaku itu palsu!"

"Apa?"

"Kamu masih mencintainya kan, apakah kamu berniat.....membatalkan pernikahan kita?" tanha Nadine. Ridwan tak langsung menjawab.

"Jadi.....kamu memang berniat seperti itu?" mata Nadine mulai merah, "lalu bagaimana sama aku?"

"Nadine,"

"Apakah kesalahanku jika kita bertemu, apakah kesalahanku jika aku mencintaimu? Dan, apakah salahku juga kalau akhirnya kita memutuskan untuk menikah?" serunya dengan amarah, "itu sebabnya sekarang kamu mau meninggalkan aku begitu saja?"

"Tidak Nadine, aku tidak bermaksud begitu!"

"Lalu, apa arti hubunganmu dengan Alisa? Kalau kamu tidak berniat meninggalkan aku, apakah kamu akan mengakhiri hubunganmu dengan Alisa?"

"Kamu tidak mengerti Nadine, ini bukan kesalahan Alisa. Aku yang meninggalkannya di saat seharusnya aku terus berada di sampingnya. Lalu aku menghadirkanmu dalam hidupku meski aku tahu aku masih menyimpan Alisa dalam hatiku!" jelas Ridwan. "aku juga tidak tahu sekarang harus berbuat apa, tapi aku mohon beri aku waktu!"

* * *

Alisa menghentikan langkah ketika melihat Dewi dan Ratna di depan UGD, tapi ia kembali melanjutkan langkah hingga mendekati keduanya. Dewi memberinya tatapan yang cukup mengerikan, "mau apa kamu kesini?" tanyanya.  

"Aku mau melihat Nadine, tante!"

"Melihat, setelah apa yang kamu lakukan?"

"Saya ingin menjelaskan...!"

"Tidak perlu menjelaskan apapun, dimana ada kamu pasti di situ akan ada yang terluka. Kamu itu hanya bisa membuat orang lain celaka!" maki Dewi,

"Tante!" desis Alisa dengan mata yang mulai memerah, "jadi selama ini kamu masih saja merayu Ridwan padahal kamu tahu kalau Ridwan sudah mau menikah dengan Nadine?" sambung Dewi. Ratna yang masih tidak mengerti hanya diam keheranan.

"Tante, aku tidak bermaksud merusak hubungan mereka!"

"Tapi kamu sudah melakukannya, dengar Alisa....kamu pikir aku akan menerimamu lagi berhubungan dengan putraku? Tidak, ingat....kamu sudah mencoreng keluarga kami. Dan aku masih belum bisa memaafkan itu!"

Mata Alisa mulai berkaca-kaca, ia tak menyangka ternyata sebenci itu ibu Ridwan padanya sekarang.

"Kalau kamu masih punya harga diri, lebih baik kamu pergi dari hidup Ridwan dan Nadine. Jangan ganggu hubungan mereka!"

Ridwan muncul mendorong Nadine di kursi roda, mata mereka bertemu dengan milik Alisa yang saat itu menggelindingkan sebutir airmata. Ratna mendekat dan bertanya pada Dewi, "mbak, kamu kenal sama Alisa?"

"Aku akan menjelaskannya nanti!" katanya menoleh Ratna, lalu ia kembali menatap Alisa. "kenapa kamu masih di sini? Cepat pergi!" usirnya. Sekali lagi Alisa menatap Ridwan, beberapa pasang mata juga memperhatikan mereka. Sebutir airmata kembali mengalir, bibir Alisa bergetar saat berucap, "maaf!" katanya lalu berbalik dan berjalan perlahan.

Ridwan menatapnya, ada rasa perih yang menghinggapi hatinya melihat Alisa di perlakukan seperti itu oleh ibunya. Nadine juga merasakan hal yang sama, ia bahkan ikut menitikan airmata ketika mengingat tatapan Alisa tadi. Perlahan langkah Alisa semakin cepat hingga berlari. Ridwan langsung menyeret kakinya mengejar wanita itu, Dewi memanggil nama putranya untuk menghentikannya tetapi Ridwan tak menghiraukan panggilan ibunya. Dan Nadine hanya bisa memandang.

Ridwan berhasil meraih lengan Alisa di gerbang rumah sakit, "Alisa tunggu!" serunya, mereka berhenti di sana. Alisa segera melepaskan dirj dari tangan Ridwan tanpa menoleh, "maafkan ibuku!" desis Ridwan. Ia tahu ibunya sudah cukup menyakiti hati wanita itu.

"Ibumu tidak salah, dia benar!" sahut Alisa menyeka airmatanya, "memang seharusnya aku tidak memasuki kehidupanmu lagi, semua yang terjadi padaku adalah kesalahanku sendiri dan aku harus bisa menerima semua akibatnya!"

"Tapi tidak seharusnya ibuku sekasar itu padamu, apalagi di tempat umum!"

"Tapi dia benar, kehadiranku hanya akan membuat semua orang di sekelilingku terluka!"  

"Tidak Alisa!"

"Aku atau bukan yang melakukannya, tetap saja....Nadine celaka karena aku!"

"Alisa!"

"Percuma, ibumu masih tidak bisa memaafkan aku. Sampai kapanpun...dia akan selalu membenciku!"

"Aku akan terus membujuk Ibu untuk bisa memaafkanmu!"

"Lalu setelah itu apa?" tanya Alisa menoleh padanya, "ku rasa itu tidak akan pernah terjadi!" Alisa menghela nafas untuk mengaturnya. "seharusnya dari awal, aku tidak masuk sanggar lagi. Dan aku tidak perlu berteman dengan Nadine, tidak perlu bertemu kembali denganmu. Mungkin itu akan jauh lebih baik!"

"Itu tidak benar, pertemuan kita, pertemuanmu dengan Nadine. Itu sebuah takdir, Tuhan sudah mengaturnya seperti ini!"

"Tapi seharusnya kita bisa menghindarinya kan?"

"Bukankah kamu yang masih mengingkan aku lebih dulu, kenapa sekarang kamu bicara seperti itu?" seru Ridwan, "Apa yang terjadi pada kita tidak pernah salah, termasuk apa yang kita rasakan!"

"Sudahlah Wan, lebih baik kamu kembali masuk sebelum semuanya jauh lebih buruk. Aku tidak mau lebih di benci Ibumu lagi, sampaikan saja maafku pada Nadine!" katanya beranjak pergi.

"Alisa!" panggil Ridwan tapi wanita itu tak memperdulikan panggilannya lagi, ia terus berlari meninggalkan tempat itu. Ridwan menatapnya hingga tak terlihat oleh matanya, Nadine dan yang lainnya muncul di belakangnya. Nadine mulai memikirkan sesuatu.

Alisa terus berlari hingga menyeberang jalan begitu saja tanpa memperhatikan rambu lalu lintas, bunyi klakson yang terdengar beberapa kali dari mobil yang melaju ke arahnya membuatnya harus menghentikan langkah. Ia menoleh ke arah mobil itu yang mengarah tepat padanya, ia hanya terkejut tetapi tidak menjerit.

* * *

Prangggg.....kletingg.....

Bunyi barang-barang yang berhamburan dari atas meja ke lantai cukup menimbulkan bunyi berisik di rumah itu. Nafas Cheryl tak teratur, ia mengamuk sesampainya di rumah setelah mendengarkan percakapan Alisa dan Madam Selfie.

"Kenapa Alisa lagi!" teriaknya, "Nadine, Alisa....kenapa harus mereka? Kenapa bukan aku?" marahnya menyambar beberapa barang lagi hingga betebaran memenuhi lantainya, "tidak....tidak akan terjadi....he...he...ha...ha... Hanya aku, hanya aku yang boleh berdiri di sana menerima tepuk tangan!" ia tersenyum getir sendirian, "tidak ada seorangpun yang lebih pantas daripada aku, tidak akan pernah...aku biarkan siapapun merebut apa yang seharusnya jadi milikku!" geramnya. Ia menyilakan rambutnya lalu menggigiti kukunya dengan gemetaran. Ia mulai celingukan dan berlari mencari sesuatu, mengobrak-abrik isi kamarnya hingga menemukan apa yang di carinya di laci. Ia tersenyum menatap barang itu, memungutnya dua biji lalu menelannya.

* * * * *  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun