"Alisa!" panggil Ridwan tapi wanita itu tak memperdulikan panggilannya lagi, ia terus berlari meninggalkan tempat itu. Ridwan menatapnya hingga tak terlihat oleh matanya, Nadine dan yang lainnya muncul di belakangnya. Nadine mulai memikirkan sesuatu.
Alisa terus berlari hingga menyeberang jalan begitu saja tanpa memperhatikan rambu lalu lintas, bunyi klakson yang terdengar beberapa kali dari mobil yang melaju ke arahnya membuatnya harus menghentikan langkah. Ia menoleh ke arah mobil itu yang mengarah tepat padanya, ia hanya terkejut tetapi tidak menjerit.
* * *
Prangggg.....kletingg.....
Bunyi barang-barang yang berhamburan dari atas meja ke lantai cukup menimbulkan bunyi berisik di rumah itu. Nafas Cheryl tak teratur, ia mengamuk sesampainya di rumah setelah mendengarkan percakapan Alisa dan Madam Selfie.
"Kenapa Alisa lagi!" teriaknya, "Nadine, Alisa....kenapa harus mereka? Kenapa bukan aku?" marahnya menyambar beberapa barang lagi hingga betebaran memenuhi lantainya, "tidak....tidak akan terjadi....he...he...ha...ha... Hanya aku, hanya aku yang boleh berdiri di sana menerima tepuk tangan!" ia tersenyum getir sendirian, "tidak ada seorangpun yang lebih pantas daripada aku, tidak akan pernah...aku biarkan siapapun merebut apa yang seharusnya jadi milikku!" geramnya. Ia menyilakan rambutnya lalu menggigiti kukunya dengan gemetaran. Ia mulai celingukan dan berlari mencari sesuatu, mengobrak-abrik isi kamarnya hingga menemukan apa yang di carinya di laci. Ia tersenyum menatap barang itu, memungutnya dua biji lalu menelannya.
* * * * * Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H