"Tapi dia benar, kehadiranku hanya akan membuat semua orang di sekelilingku terluka!" Â
"Tidak Alisa!"
"Aku atau bukan yang melakukannya, tetap saja....Nadine celaka karena aku!"
"Alisa!"
"Percuma, ibumu masih tidak bisa memaafkan aku. Sampai kapanpun...dia akan selalu membenciku!"
"Aku akan terus membujuk Ibu untuk bisa memaafkanmu!"
"Lalu setelah itu apa?" tanya Alisa menoleh padanya, "ku rasa itu tidak akan pernah terjadi!" Alisa menghela nafas untuk mengaturnya. "seharusnya dari awal, aku tidak masuk sanggar lagi. Dan aku tidak perlu berteman dengan Nadine, tidak perlu bertemu kembali denganmu. Mungkin itu akan jauh lebih baik!"
"Itu tidak benar, pertemuan kita, pertemuanmu dengan Nadine. Itu sebuah takdir, Tuhan sudah mengaturnya seperti ini!"
"Tapi seharusnya kita bisa menghindarinya kan?"
"Bukankah kamu yang masih mengingkan aku lebih dulu, kenapa sekarang kamu bicara seperti itu?" seru Ridwan, "Apa yang terjadi pada kita tidak pernah salah, termasuk apa yang kita rasakan!"
"Sudahlah Wan, lebih baik kamu kembali masuk sebelum semuanya jauh lebih buruk. Aku tidak mau lebih di benci Ibumu lagi, sampaikan saja maafku pada Nadine!" katanya beranjak pergi.