"Tidak, dia tahu kau bersamaku!"
"Apa?"
"Aku minta maaf atas semua yang terjadi," katanya, kepalaku masih sedikit berdenyut. Aku memegangnya lalu perlahan tanganku menurun hingga aku menyentuh sesuatu di pipiku. Aku baru ingat, aku sempat merasakan perih ketika sebuah pisau runcing menyayat salah satu pipiku.
"Kata dokter itu akan meninggalkan bekas!" serunya, "siapa mereka?" tanyaku.
"Salah satu saudaraku!"
"Apa yang terjadi?"
"Nanti akan ku ceritakan, oya. Aku membuat sup hangat untukmu, kau pasti lapar kan!"
Aku melirik semangkok sup di meja. "dimana kita?" tanyaku lagi. Dia hanya memandangku, "katakan padaku dimana kita?" teriakku.
"Kita ada di luar kota, di tempat yang lebih aman!"
"Apa!"
"Kau tak sadarkan diri selama dua hari, bahkan setelah operasi!"