Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mate

16 Maret 2015   16:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:34 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

11. 25 p.m

Gerimis kecil mengguyur bumi, membasahi jiwanya yang kering setelah terik siang hari yang memanggang. Ini hampir tengah malam, di jalan raya tentu saja masih ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Ku pikir ini malam yang sial, sungguh-sungguh sial. Vero dan Tania memaksaku ikut ke pesta ulang tahun Robert yang di rayakan di sebuah klub malam, sebenarnya aku enggan sekali. Kalau acaranya di rayakan di tempat yang lebih pantas atau layak tentu aku tak keberatan.

Dasar Robert brengsek!

Aku terus memakinya, siapa yang tidak kenal dia? Dia itu bajingan kelas hiu di kampus, aku memang cuma mahasiswi beasiswa tapi bukan berarti aku murahan. Seenaknya saja dia berbicara, itu memang pestanya tapi bukan berarti karena dia mampu menyewa klub mewah itu dia juga bisa menyewaku. Ya, ku akui sudah sejak lama dia memang selalu menggodaku. Tapi bajingan seperti dia bukan levelku, ku akui aku juga bukan orang yang suci yang nggak pernah berbuat dosa. Mungkin dosaku menggunung tanpa aku sadari.

Ok finish soal Robert, males banget ngomongin dia! Tapi yang membuatku tambah kesal adalah....ingin tahu? Lihatlah bajuku! Aku sama sekali tak meminum alkohol. Setetes pun tidak, tapi bajuku di lumuri oleh redwine. Bau alkoholnya menyengat sekali, meski sudah ku lap pake air tetap saja tak mau ilang, seluruh tubuhku jadi bau alkohol. Saat menginjak rumah nanti pasti aku akan di cincang paman. Kok paman, bukan ayah? Ayahku meninggal saat aku masih kecil, ibuku ada di kampung. Sudah kawin lagi, dengan duda kaya. Tapi aku tidak suka padanya, untung saja paman mau menampungku, karena beliau tidak punya anak maka aku di anggapnya anak sendiri. Tapi apa yang hari ini aku lakukan? Sudah menyelinap keluar dari jendela, nah....sekarang pulangnya, bau alkohol! Sungguh sial!

Semua ini gara-gara pria mabuk yang menabrakku tadi, pake menganggapku orang lain lagi! Susan....Susan siapa susan? Pelacurnya? Aku memang menamparkan dengan keras karena dia memelukku dan hendak menciumku, oh....Tidak! Mimpi apa aku semalam sampai hari ini aku begitu sial? Sekarang apa yang harus aku lakukan, apa yang harus ku katakan sama paman? Sudah pasti paman akan tahu aku tak ada di kamar, tiap malam kan dia selalu mengecek apakah aku sudah tidur atau belum. Tania bilang pesta ini hanya sebentar, nyatanya dia malah menahanku hingga larut begini.

Aku berjalan lunglai di pinggiran jalan, untung saja aku tak berdandan menor dan memakai rok mini. Kalau tidak bisa-bisa aku di anggap lagi mangkal sama om-om genit. Mumpung sepi aku harus menyeberang rambu, menunggu lampu merah menyala masih cukup lama. Baru beberapa langkah kakiku memijak zebracross di persimpangan ini sebuah city car melaju kencang persis di depanku. Aku terdiam seketika, mematung. Satu langkah lagi kakiku maju, pasti aku sudah terseret mobil gila itu. Jantungku serasa berhenti berdetak, ku putar mataku berkeliling untuk memastikan aku belum berada di neraka. Lalu ku hela nafas sedikit lega, ku dengar suara dentuman keras di seberang. Ko toleh ke arah suara itu berasal, sebuah citycar warna silver teronggok di di trotoar. Setengah badan mobil itu masih di jalanan, tapi bagian depannya seperti menabrak halte hingga hancur. Asap mengepul dari bagian depan mobil. Kalau tidak salah itu mobil yang baru saja hampir membawaku ke neraka. Aku pun celingukan, kok tempat ini lumayan sepi ya? Aku melirik sisi jalan, mencari papan nama untuk tahu dimana aku sedang berada. Aku berada di daerah Wahid Hasyim, langsung saja ku hampiri mobil yang berasap itu, setelah dekat kulihat dari kaca. Kacanya terbuka, seorang pria menggeletakan kepalanya di setir. Tanganku gemetaran saat aku meraih pintu mobil itu dan membukanya.

Apakah orang itu mati? Dan aku menjadi saksi kunci di sini, aku kan tidak mau berhubungan dengan polisi. Sekali lagi aku celingukan sebelum menggapai tubuh pria itu. Ku tarik dia hingga bisa ku lihat wajahnya, ada darah yang mengalir dari dahinya. Dan wajah itu tidak asing!

Deg!

Ya Tuhan

"Kau!" seruku, serentak ku lepaskan dia. Dia hanya diam, seolah tak bernafas. Aku mulai panik, jadi ku periksa denyut nadinya. Sangat lemah, jadi ku tarik tubuhnya keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun