"Aku tidak membutuhkan imbalan apapun darimu, waktu itu.....hanya kebetulan aku yang lewat. Tapi tunggu....apa kau tahu kau juga hampir menabrakku sebelum mobilmu menabrak halte!"
"Aku sedikit ingat itu!"
"Baguslah!" sahutmu, masih dengan sedikit judes. "Eh...., ngomong-ngomong....aku haus. Apa kau tak mau menawarkan segelas minuman?"
Dia tersenyum, manis sekali. Tawa yang keluar juga renyah seperti waflle yang masih anget. Cress....
"Maafkan aku, ayo!"
Aku mengikutinya berjalan menuju sebuah meja, ternyata acara ulangtahunnya sudah di laksanakan. Kalau begitu untuk apa dia mengundangku?
"Tapi aku tidak minum alkohol!"
"Ok, apa yang kau minum?"
"Mungkin sofdrink saja!"
Kami terlibat percakapan panjang, rupanya dia menyenangkan juga, cukup nyambung. Terus terang selama percakapan kami berlangsung aku selalu mencuri pandang menikmati senyumannya dan matanya yang tajam.
Jantungku terus berdebar-debar tak karuan selama itu, jujur itu tak hanya terjadi saat itu saja. Waktu dia menabrakku dan memelukku di klub aku juga merasakan hal itu, itu salah satu alasanku bisa menamparnya. Entah apa yang terjadi rasanya aku jadi tak mau pulang, ingin terus bersamanya. Jangan-jangan dia memberiku ramuan pelet? Ah...tidak perlu pelet-peletan tampangnya yang rupawan saja sudah membuatku klepek-klepek.