Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] You Are (Not) My Destiny [57]

30 Desember 2021   14:59 Diperbarui: 30 Desember 2021   16:50 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • K.Will -- Day 1
  • SF9 -- Different
  • Chen & Punch - Everytime
  • Sondia -- First Love
  • Yook Sungjae -- From Winter
  • Plastic -- Gangnam Exit 4
  • THE BOYZ -- Good Bye
  • MXM -- Good Day
  • MONSTA X - Gravity
  • Im Hanbyul -- Heejae

BAEK CHOEUN'S POV

"Selamat makan!"

Kurasa aku bisa menghabiskan semua bekal ini sendirian karena aku sangat kelaparan. Yang menemaniku makan malam ini adalah Minki, yang kuberi sedikit susu. Baru saja aku akan menjepit udang dengan sumpitku, bel apartemenku berbunyi. Aku terpaksa meletakkan sumpitku lagi.

"Siapa..."

"EONNI!"

Kukira baru saja ada badai yang menghantamku ketika aku membuka pintu, aku mengenal sosok Youngkyong yang memelukku. Berturut-turut, Chinye dan Yeowoo masuk ke apartemenku.

"Ada apa ini?"

"Eonni tidak suka kami datang mendadak?" tanya Chinye yang sudah berjongkok dan bermain dengan Minki.

"Suka. Aku hanya kaget."

"Kuharap eonni punya banyak makanan karena aku lapar," ujar Youngkyong yang akhirnya melepasku.

"Oh ya, aku punya banyak makanan sih... ayo, makan bersamaku."

"Bolehkah kami menginap? Kami sedang bosan," ucap Yeowoo yang sudah duduk santai di sofa, "kita bisa main sebelum tidur."

"Wah, ide yang bagus. Ayo. Aku akan siapkan kamar tamu untuk kalian."

"Bagaimana kalau kita tidur bersama saja?" usul Chinye.

Proyek tidur berempat dalam satu ranjang membuatku merasa geli. Ranjangku tidak terlalu besar, tapi kesempatan ini jarang terjadi.

"Tentu. Kenapa tidak? Ayo kita makan dulu. Aku lapar sekali."

"Ah makanan ini tidak cukup untuk kita berempat. Apakah kita harus memesan makanan tambahan atau kita memasak ramyeon?" tanya Youngkyong yang sudah nyaman menjelajahi dapurku dan membuka lemariku, "eonni punya banyak ramyeon."

"Masak ramyeon saja! Aku akan membantu!" seru Yeowoo yang cepat-cepat berlari ke dapur.

Aku tertawa melihat tingkah mantan anak muridku ini. Saat itu, ponselku berbunyi. Aku mengambilnya dan rupanya Donghyun mengajakku video call jadi aku segera menerimanya.

"Noona!"

Aku bahkan belum mengatakan apapun, suara Donghyun sudah terdengar seperti merengek. Aku tertawa dan memperhatikan keadaan di sekitarnya.

"Kau masih di lokasi?"

"Bagaimana noona tau?"

"Aku melihatmu di video Hiah-ssi."

"Ya, maafkan aku noona. Setelah kuliah selesai tadi aku langsung kesini karena ada keadaan darurat. Aku sibuk dan lupa memberitau noona... maafkan aku ya."

"Tidak apa-apa. Ayo kita keluar lagi begitu kau sempat."

"Baiklah noona. Aku mungkin akan pulang agak malam hari ini."

"Kau terlihat lelah. Jangan sampai sakit ya."

"Kalau aku sakit, aku malah akan ada alasan untuk menginap di tempat noona dan minta noona merawatku."

"Jangan bercanda. Eomonim lebih telaten merawatmu daripada aku," tawaku, "nanti kabari aku kalau kau sudah pulang ya."

"Ya, noona, aku akan mengabarimu. Ayo ucapkan kata-kata sihirnya dulu."

"Ih, apa sih. Jangan. Mendadak Chinye, Youngkyong dan Yeowoo datang kesini dan mau menginap. Nanti mereka dengar."

"Ya memangnya kenapa, mereka kan juga sudah tau kita berpacaran."

"Ah kau ini!"

"Ayolah noona, aku butuh suntikan semangatmu."

Aku menarik nafas panjang dan berbisik, "saranghae.... Donghyun oppa."

"APA YANG BARU SAJA KUDENGAR? CHOEUN EONNI MEMANGGIL DONGHYUN DENGAN SEBUTAN OPPA?" teriak Youngkyong yang mendadak muncul dari balik bahuku.

Aku memang selama ini tidak pernah memanggilnya oppa, aku hanya ingin menggodanya. Kukira Youngkyong akan heboh karena aku menyebutkan "saranghae" tapi rupanya kata "oppa" lebih menarik perhatiannya.

"Ah Youngkyong, kau ini, jangan goda Choeun noona!"

"Wah aku jadi ingin memanggilmu oppa juga," goda Youngkyong sambil tertawa.

"Tidak, terima kasih."

"Sampai ketemu, Donghyun."

Aku cepat-cepat memutus sambungan video call kami.

"Eonni tadi tidak lihat muka Donghyun ketika eonni memanggilnya oppa? Eonni membuatnya tersipu malu! Lucu sekali, Donghyun bisa malu?"

"Suk Youngkyong, hentikan!"

***

MIN DONGHYUN'S POV

Keesokan harinya kami mengadakan rapat dadakan di apartemenku, kebetulan hari ini aku Cuma punya satu mata kuliah dan setelah itu aku pulang ke apartemen. Chinye, Yeowoo noona, Bojin hyong dan Dongsun hyong menyempatkan diri menghadiri rapat mendadak ini.

"Jadi aku punya rencana," ujarku mengawali rapat, "ayo kita semua keluar sekarang."

"Kemana?" tanya Bojin hyong bingung.

"Aku sebenarnya ingin membeli apartemen."

"APA KATAMU?" jerit Chinye.

"Yah... tabunganku cukup untuk membayar uang muka apartemen... yang nantinya akan kutinggali dengan Choeun noona kalau kami sudah menikah... jadi yah... bagaimana kalau kalian membantuku memilih apartemen yang cocok dan... kita akan menghiasinya..."

"Dan kau akan melamarnya disana?" tebak Dongsun hyong, "wah aku tak menyangka kau bahkan sudah punya tabungan sebanyak itu."

"Yah hyong... aku hanya sudah berpikir terlalu jauh..."

"Tidak, itu ide yang sangat baik," puji Yeowoo noona, "aku bangga padamu, Donghyun. Aku punya waktu luang sepanjang hari ini. Ayo, aku temani."

Bojin hyong harus ke Million Stars sore harinya, jadi dia tidak bisa menemaniku sampai akhirnya aku menemukan apartemen yang cocok. Apartemennya lebih besar dari apartemen Choeun noona sekarang, tapi masih tidak sebesar apartemen keluargaku. Ada dua kamar disini, balkonnya juga cukup luas, kurasa dia akan suka pada apartemennya.

"Nah, jadi kapan rencanamu akan melamarnya?" tanya Chinye.

"Kurasa hari Minggu. Jadi kita punya persiapan lima hari sampai aku selesai menandatangani kontrak dan sebagainya juga."

"Oke, ayo kita persiapkan dengan matang kali ini," putus Dongsun hyong.

Akhirnya, satu hari sebelum hari bersejarah itu akan terjadi. Aku, Dongsun hyong dan Yeowoo noona adalah yang terakhir berada di apartemen baruku, dan kami masih sibuk mendekorasi tempat ini. Beberapa perabotan sudah masuk sejak kemarin, dan aku hanya membeli yang benar-benar penting dan sanggup kubeli dulu. Aku sudah mengisi ruang tamu dan dapur, dan kedua orang yang bersamaku sekarang adalah yang paling banyak berpartisipasi dalam menyumbangkan ide mereka untuk desain interior apartemenku. Ponselku berbunyi dan aku kaget ketika melihat Choeun noona meneleponku dengan video call.

It's my first time too
You're my lady you're my baby

I'm not kidding

From today on
baby

Will you be mine baby

People say I'm the best looking

Of the worst

What do I need to do to figure your feelings out?
woo~ hoo~

I'm going crazy just thinking about you

I'm not the most handsome one

I think I'm okay when I'm smiling
my love

I will do even better than any other guys my love

I love you

Close your eyes and one two three, count

Tell me what you see now

Can't tell? Can't you see your man?
1

From today on, day 1

(K.Will -- Day 1)

"HYONG! BAGAIMANA INI?"

Dengan panik aku menunjukkan ponselku kepada Dongsun hyong.

"Terima saja, bilang saja kau sedang di rumahku. Apartemenku juga dindingnya berwarna kuning begini kan," usul Yeowoo noona, "duduk saja di sofa itu."

Aku duduk di sofa dan menyambut telepon Choeun noona dan berdeham untuk menghilangkan kepanikanku.

"Choeun noona!"

"Yah Donghyun, kemana saja kau, kenapa lama sekali menyambut teleponku?"

"Aku sedang di apartemen Yeowoo noona. Dia sedang minta bantuanku soal mengedit video."

"Ah begitu. Ngomong-ngomong, apakah kau sibuk besok pagi sekitar jam sepuluh?"

"Tidak, noona. Aku bisa bangun lebih pagi. Ada apa?"

"Sebenarnya... lihat ini!"

Choeun noona menunjukkan tiket pesawat dan aku perlu mendekatkan ponsel ke wajahku supaya bisa melihat detail pada tiket pesawat itu. Nama Choeun noona tercetak di tiket itu, nama airport yang tercetak adalah Gimpo menuju Jeju, tanggalnya besok jam satu siang. Tunggu...

"Noona akan berangkat?" tanyaku dengan hati mencelos.

"Ini mendadak sekali sebenarnya, tapi aku mendapat undangan untuk menjadi pembicara dalam seminar tentang bisnis untuk pemula," jelas Choeun noona bersemangat, "aku diundang karena dianggap sukses dengan Million Stars. Bukankah itu keren?"

"Ya, itu ke...ren sih."

"Maukah kau menemaniku ke airport? Ya... kalau kau mau sih. Barangku juga tidak banyak sebenarnya, jadi aku bisa pergi sendiri."

"Tidak, aku akan menemani noona. Jam berapa?"

"Aku akan menjemputmu jam 10 kalau begitu."

"Ya baiklah..."

"Oke, aku tak mau mengganggumu. Sampai jumpa besok, Donghyun!"

"Sampai jumpa, noona..."

"Donghyun, mana cincinnya? Aku mau ikatkan dengan balon ini nih," tanya Yeowoo noona setelah selesai mengikat satu balon berwarna emas.

"Sudahlah, kita tak perlu menyiapkan apa-apa."

"Lho kenapa?" tanya Dongsun hyong bingung.

"Choeun noona... akan berangkat besok ke Jeju."

"APA?" teriak keduanya kompak.

Aku tidak percaya aku gagal melamarnya lagi. Apakah aku tidak boleh melamarnya, sehingga rencanaku selalu gagal? Aku bergulung kesana kemari di atas ranjangku. Choeun noona sekarang sedang menghadiri seminar itu. Dia akan berada di Jeju selama tiga hari dua malam. Dongsun hyong memberikan ide untuk melamarnya begitu dia kembali, tapi aku trauma pada beberapa kegagalan kami sebelumnya. Haruskah kupastikan keadaannya dulu sebelum melamarnya? Untung Dongsun hyong sedang keluar, aku jadi bebas bergulung di ranjang. Aku menghela nafas panjang dan mengambil ponselku, sekadar melihat apapun yang bisa kubaca. Aku sedang tidak bersemangat melakukan apapun, termasuk membuat konten. Aku membuka akun Instagram dan menjelajahi salah satu akun portal berita populer. Siapa tau... loh, beneran ada? Seketika aku duduk dan membaca berita yang kubuka, tapi bukan beritanya yang menyedot perhatianku, tapi fotonya. Ada banyak orang berdesakan dalam foto itu, tapi mataku dengan cepat menemukan wanita yang kucintai. Choeun noona memakai gaun berwarna pink dan dia terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang panjang sebahu dihiasi bando sederhana di kepalanya, di kanan kirinya ada pria-pria muda yang tampan dan tampak berkelas dalam balutan jas dan dasi mereka. Mereka semua memegang gelas yang sepertinya berisi sampanye, dan tersenyum ke arah kamera.

8th Youth Enterpreneur Meeting yang diadakan di Jeju tahun ini dihadiri oleh lebih dari 90 pengusaha muda dalam berbagai bidang. Para pengusaha muda ini diundang berdasarkan berbagai prestasi mereka yang membanggakan. Beberapa nama yang tercatat sebagai tamu undangan adalah Do Sooyun, wanita muda pemilik usaha rental mobil Pocket Car dari Seoul; Baek Chinsun (yang juga dikenal sebagai kakak dari aktor terkenal Baek Hyunshik), wanita muda pemilik usaha affiliate marketing Your Net dari Busan; Baek Choeun, wanita muda pemilik usaha coffee shop Million Stars dari Seoul...

Hatiku mencelos. Mendadak, aku merasa kerdil sekali. Siapa aku ini, hanya seorang mahasiswa yang belum lulus kuliah, belum menjalankan wajib militer dan hanya seorang content creator kecil... dan aku akan melamar seorang wanita muda yang sudah sukses dalam karirnya? Bukankah hubungan kami akan menjadi lelucon? Choeun noona mungkin akan ditertawakan kalau semua orang tau dia hanya berpacaran dengan anak muda ingusan seperti aku ini. Kenapa aku tidak sadar akan posisiku? Aku bangkit dan mengambil tas punggungku. Tidak... aku tidak bisa melamarnya sekarang. Aku tidak pantas untuknya. Setidaknya aku harus berusaha menjadi pantas untuknya dulu sebelum nekad melamarnya.

"Donghyun-ah, sepertinya Minki lapar," eomma mengetuk pintu kamarku, "apakah eomma boleh memberinya makanan lagi?"

"Oh ya eomma, dia boleh minum susu lagi."

Aku membongkar isi tasku. Dimana? Kapan aku terakhir kali memegangnya? Kutuang isi tasku ke meja belajarku.

"Donghyun, kenapa kau membuat meja berantakan begitu?"

Dongsun hyong masuk ke kamar, tapi aku tidak bersusah payah menoleh dan meladeninya. Aku sibuk membuat berantakan isi tas yang sudah memenuhi meja belajarku, tapi aku tidak menemukannya. Aku memeriksa tasku lagi, mungkin tersangkut di dalam... aku bahkan menggoyang-goyangkannya dalam posisi terbalik. Tidak ada.

"Hyong, tidak ada..."

"Apa yang kau cari sih?"

"Apa hyong melihat kotak cincinnya?"

"Kotak cincin apa? Cincinmu untuk Choeun noona? Kau bahkan belum menunjukkannya padaku kok."

"Cincinnya... hilang."

"APA? Jangan bercanda kau... kapan kau terakhir kali melihatnya?"

Dongsun hyong sudah bergabung denganku dan menumpuk barangku satu-satu berdasarkan jenisnya: buku, alat tulis, alat kedokteran...

"Aku... aku tidak ingat."

"KAU MENGHILANGKANNYA?"

Dan sekarang aku benar-benar tidak bisa melamar Choeun noona. Habislah sudah segalanya...

Aku cukup sibuk dan baru bisa ke Million Stars hari Jumat siang. Aku merindukan Choeun noona dan aku ingin menemuinya langsung. Baru saja aku akan menyeberang jalan, aku melihat Choeun noona-ku berjalan keluar dari pelataran halaman Million Stars dan dia tampak sedang mengobrol bersama seorang pria yang memakai kemeja panjang dan tampak sangat rapi. Rasanya aku pernah melihatnya di... OH! Di foto pertemuan pengusaha itu, aku melihatnya berdiri di samping Choeun noona saat mereka berfoto. Mereka mau kemana...? Choeun noona tampak sangat ceria dan mereka terus mengobrol. Aku mengikuti mereka yang berjalan... tapi mereka memasuki mobil pria itu. Ini kesempatanku untuk memanggilnya dan mengikuti mereka... tunggu. Tapi siapa aku ini? Choeun noona benar-benar akan ditertawakan kalau aku mengenalkan diriku sebagai pacarnya. Akhirnya yang bisa kulakukan hanya memandangi mobil itu dari seberang jalan. Aku kehilangan rasa percaya diriku, sama seperti aku kehilangan cincin itu. Mungkin aku memang tidak boleh melamar Choeun noona. Apakah semua ini pertandanya?

"MDHyun-ssi?"

Aku menoleh ketika aku mendengar seseorang menyebut nickname-ku. Rupanya Hiah-ssi.

"Oh halo, Hiah-ssi."

"Wah aku tidak menyangka aku bertemu denganmu disini. Tapi sepertinya kau memang cukup sering ke Million Stars ya. Apa kau bekerja disana? Karena waktu itu aku melihatmu menjadi pelayan kan disana?"

"Aku..."

Kata-kataku tertahan di ujung lidahku. Aku nyaris mengatakan aku adalah pacar Choeun noona. Tapi aku tak pantas mengatakan itu kan?

"Ya... aku bukan pelayan resmi. Aku hanya sering membantu disana."

"Aku baru akan ke Million Stars, aku rindu kopi buatan Bojin-ssi. Apakah kau mau menemaniku kesana?"

Sebenarnya keinginanku ke Million Stars menguap seiring dengan kepergian Choeun noona, tapi aku juga tidak ingin pulang. Ya sudahlah, mungkin sedikit makanan bisa membuatku bersemangat. Akhirnya aku dan Hiah-ssi mengunjungi Million Stars yang hari ini luar biasa ramai.

"Ah, Donghyun-ssi! Apakah kau datang untuk..."

"Apa kalian butuh bantuan?"

Aku tau Sangyoo-ssi pasti bingung karena aku datang dengan teman (yang kemungkinan dikenalnya sebagai ulzzang terkenal).

"Kami masih bisa atasi sih sebenarnya..."

"Aku akan duduk mengobrol dengan temanku dulu kalau begitu. Kalau memang nanti semakin ramai, kubantu. Apakah ada tempat duduk?"

"Wah kalian beruntung karena masih ada dua meja kosong. Aku antarkan ya."

Sangyoo-ssi mengajak kami ke halaman belakang, ada meja untuk bertiga disana. Bojin hyong melambai dari balik counter.

"Aku akan menemui Bojin hyong sebentar ya."

"Oh ya, silakan," ujar Hiah-ssi sambil menyerahkan pesanan kami pada Sangyoo-ssi.

Aku melewati meja yang hiruk pikuk dan bahkan area counter di hadapan Bojin hyong juga ramai, seperti biasa, dipenuhi oleh fans-fans perempuannya. Chinye bisa naik darah kalau dia sering melihat ini, aku tau dia bukan tipe gadis yang penyabar.

"Hyong."

"Kenapa kau baru datang? Kau berselisih jalan dengan Choeun noona, dia baru saja keluar."

"Oh, aku tidak melihatnya," bohongku, "kemana noona?"

"Dia membantu An Hyosun mencari lokasi untuk membuka usaha barunya," jelas Bojin hyong, "kau tau siapa An Hyosun kan?"

"Tidak tau," jawabku tanpa berusaha menyembunyikan kebodohanku.

Kalau Bojin hyong adalah Chungdae hyong, dia pasti mencelaku kalau aku sampai tampak bodoh seperti sekarang. Tapi untunglah mereka berdua jenis manusia yang benar-benar berbeda.

"Dia pemilik usaha Imagine Future, kau tau... kau memakai produknya juga," jelas Bojin hyong dengan sabar.

Hatiku mencelos lagi. Itu perusahaan software yang sangat terkenal, aku bahkan memakai produk mereka untuk mengedit videoku. Jadi sekarang pergaulan Choeun noona benar-benar sesuai... dia bersama dengan orang-orang yang sesuai dengan kelasnya.

"MDHyun-ssi?"

Hiah-ssi kembali menyadarkanku dari lamunanku. Entah berapa lama aku termenung, aku baru minum seteguk latte-ku dan memaksakan senyum padanya.

"Ah maaf."

"Kau tampak sangat terganggu hari ini, tapi aku tidak akan menanyaimu apa yang kau pikirkan. Kau akan bercerita kalau memang kau ingin."

Aku tersenyum dan menghargai gadis yang tidak ingin memaksakan kehendaknya pada orang lain ini.

"Tapi aku mau tanya sesuatu. Kau ingat kan kita bertemu di penampungan anjing kemarin?"

"Oh ya, tentu aku ingat."

"Aku mau tanya apa kau tau siapa pemilik barang ini... aku menemukannya di bawah bangku... aku sudah tanya pada beberapa orang, tapi mereka bilang ini bukan punya mereka."

Hiah-ssi mengeluarkan kotak kecil berwarna pink yang sangat kukenal dari dalam tas mininya. Mataku membulat dan cepat-cepat mengambilnya dari tangan Hiah-ssi.

"Jadi selama ini... Hiah-ssi menyimpannya?"

"Ya... kupikir ini pastilah sangat berharga. Ini punyamu?"

"Ya. Kukira ini sudah hilang..."

"Jaga baik-baik ya. Maaf aku membukanya karena penasaran. Cincinnya cantik sekali. Apakah ini untuk pacarmu?"

"Ya... sebenarnya aku berencana melamarnya, tapi..." aku menutup kotak cincinnya dan tersenyum pahit, "tapi aku kurang percaya diri. Kau tau, sejenis... aku tak tau apakah aku pantas untuknya."

"Aku tak percaya seseorang sepertimu masih juga merasa kurang percaya diri."

Aku memandang Hiah-ssi yang tertawa dengan pandangan heran.

"Begini ya, siapa yang tidak tau MDHyun-ssi? Kau lihat tidak, berapa banyak viewers video saat aku mewawancaraimu? Bahkan ada beberapa followers-ku yang bertanya tentangmu dan yah... kubilang aku sudah bertemu denganmu beberapa kali," jelas Hiah-ssi, "kau sangat berbakat. Kau bisa bermain basket, sepakbola dan ski dengan baik, bisa bernyanyi dengan baik, seorang calon dokter hewan yang sangat menyayangi anjing, suka melakukan kegiatan sosial, kreatif dalam membuat konten, mengisi beberapa endorsement, dan kau... tampan. Mengapa kau merasa rendah diri?"

Aku tak percaya pada apa yang kudengar. Apakah aku seperti itu di mata orang lain?

"Dan lagipula yang boleh menilai apakah kau pantas bersama pacarmu, bukan orang lain, tapi hanya pacarmu. Apakah kau pernah tanya pada pacarmu, apakah kau pantas bersamanya? Bahkan aku tau jawabannya," lanjut Hiah-ssi, "kalau kau tak pantas bersamanya, mana mungkin kalian bahkan berpacaran sekarang."

Apakah jawaban dari semua keraguanku sesederhana yang dikatakan Hiah-ssi?

"Donghyun, ayo kita pemanasan dulu," ajak Chungdae hyong.

Aku melihat kesana kemari. Sebelah lapangan basket sudah diisi dengan pemain dari tim lawan, sedangkan Dongsun hyong dan Hyeil hyong sudah di lapangan sebelahnya, merenggangkan badan mereka. Chungdae hyong menungguiku di pinggir lapangan sambil memegang bola.

"Kemana Choeun noona?"

"Kenapa kau mencariku? Aku baru saja mengambilkan minum untuk kalian."

Aku berlarian membantu Choeun noona yang mengangkat dua kantong besar berisi minuman.

"Lain kali aku saja yang angkat barang berat begini noona."

"Sudahlah, tidak apa kok, aku masih kuat."

Aku meletakkan kantong besar itu di area tempat duduk tim kami. Choeun noona duduk satu baris di belakang barisan kursi kami, dan aku berdiri di depannya.

"Kenapa kau berdiri saja? Sana latihan."

"Aku ingin diberi semangat dulu."

"Aduh, apa sih. Kenapa kapten ini sangat manja?"

Choeun noona berdiri dan merapikan ban kapten di lenganku. Dia menggemaskan sekali, meskipun dia berdiri di tempat yang lebih tinggi, tinggi badannya masih tidak bisa melampaui tinggi badanku. Dia menjulurkan tangannya dan mengacak-acak rambutku.

It's my first time too
You're my lady you're my baby

I'm not kidding

From today on
baby

Will you be mine baby

People say I'm the best looking

Of the worst

What do I need to do to figure your feelings out?
woo~ hoo~

I'm going crazy just thinking about you

I'm not the most handsome one

I think I'm okay when I'm smiling
my love

I will do even better than any other guys my love

I love you

Come to me thoughtlessly

Come closer, don't hesitate

I know I'm not fully ready yet

But in this world
baby

I love you more than anyone baby

(K.Will -- Day 1)

"Aku akan menonton kalian. Harus menang ya."

"Aku pasti akan menang untuk noona."

Aku berkonsentrasi dengan pertandingan kami, dan lawan kami bermain cukup baik. Kami sekarang memimpin sangat tipis, hanya selisih tiga poin. Aku mungkin harus mengganti strategi. Aku akan mendiskusikannya nanti.

"Wah gila anginnya," keluh Joonki hyong yang berlari melewatiku.

Aku baru sadar bahwa angin yang bertiup memang sangat kencang, dan sekarang kami bertanding di lapangan outdoor. Aku menoleh ke langit yang terlihat sangat gelap, padahal ini sekitar jam empat sore. Apa yang sedang terjadi? Setetes... dua tetes... hujan jatuh membasahi lapangan dan tubuhku. Aku masih berlari dan berusaha berkonsentrasi, memasukkan beberapa bola lagi, tapi rasanya semakin sulit membedakan yang mana lawan dan teman dalam keadaan hujan yang semakin deras ini. Akhirnya pertandingan dihentikan dan kami berlarian ke pinggir lapangan.

"Kurasa kita tidak bisa melanjutkan pertandingannya, setidaknya harus menunggu hujannya berhenti dulu," keluh Bojin hyong yang berdiri di sampingku, tapi sosoknya nyaris tidak terlihat, padahal dia sangat dekat denganku.

"Kudengar akan ada badai. Ayo kita masuk ke gedung," ajak Chungdae hyong.

Aku berlarian bersama penonton dan para pemain basket, tapi tunggu. Dimana Choeun noona? Aku mengenali sosok Dongsun hyong yang berlari sedikit lebih cepat di depanku, jadi aku berlari menyusulnya sambil melindungi kepalaku dengan kedua tanganku.

"Hyong!"

"APA?" Dongsun hyong sampai perlu berteriak untuk melawan hujan dan angin yang sangat kuat di sekitar kami.

"APAKAH HYONG MELIHAT CHOEUN NOONA?" aku juga berteriak padanya sambil berlari beriringan dengannya.

"AKU TIDAK MELIHATNYA. MUNGKIN DIA SUDAH BERLINDUNG DI GEDUNG DARI TADI?"

"JANGAN-JANGAN DIA MASIH TERTINGGAL DI PINGGIR LAPANGAN."

"KURASA TIDAK MUNGKIN SIH."

"AKU AKAN MENCARINYA."

"TAPI ITU BAHAYA, DONGHYUN."

Aku tidak bisa berlari sendirian tanpa tau dimana Choeun noona. Aku akan mencarinya ke lapangan.

"DONGHYUN! DONGHYUN KEMBALI!"

"AKU AKAN MENYUSUL HYONG NANTI!"

Aku berlari menembus badai dan kembali ke lapangan. Air hujan yang jatuh membuatku kesakitan, dan aku nyaris buta dalam keadaan begini. Aku melihat ke sekeliling lapangan. Aku harus menemukannya, apapun yang terjadi.

"CHOEUN NOONA! CHOEUN NOONA!"

"...HYUN?"

"CHOEUN NOONA, KAU DIMANA?"

"AKU DISINI! APAKAH KAU TIDAK BISA MELIHATKU?"

"CHOEUN NOO...NA..."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun