Seakan mendengar panggilan Choeun noona, burung hantu yang tampaknya sedikit lebih besar menoleh ke arah majikannya dan... astaga, apakah dia benar-benar tersenyum? Burung hantu itu membuka paruhnya dan kedua matanya menghilang. Donghyun tertawa.
"Baiklah, aku akui matanya terlihat seperti mataku kalau dia seperti itu," tawa Donghyun, "tapi sekarang noona menyamaiku dengan burung hantu salju? Dulu noona menyamakanku dengan anjing, dan sekarang burung hantu? Kapan noona menganggapku manusia normal?"
"Kalau Donghyun memelukku, aku akan menganggapmu manusia normal," jawab Choeun noona malu-malu.
Donghyun lalu maju untuk memberinya backhug diiringi tawa keduanya. Aku dan Eunyul noona hanya bisa saling berpandangan pasrah. Eunyul noona bangkit dan menggandeng tanganku menuju ruang makan. Di meja makan ada semangkuk besar tteokbokki yang masih hangat (ada potongan cabai yang mengapung yang membuatku bergidik) dan ada beberapa tusuk odeng juga di mangkuk itu. Eunyul noona duduk dan aku duduk di sebelahnya.
"Ada apa, kenapa Choeun noona mendadak memasak sebanyak ini?" tanyaku bingung, "ada yang ulang tahun?"
"Tidak, dia hanya ingin bertemu dengan kalian, dan merayakan kedatangan Milo dan Rubi."
"Aku tak menyangka lho ternyata kalian menyukai burung hantu... noona bahkan tidak bilang padaku akan mengadopsi mereka."
Eunyul noona tertawa setelah menelan odeng yang digigitnya.
"Kami sudah lama terobsesi pada burung hantu, tapi baru tadi ketika kami jalan-jalan ke toko hewan, kami bisa mendapatkan bayinya. Mereka unik kan? Kami ingin memelihara sesuatu yang lain daripada yang lain."
"Ya, kukira kalian akan memelihara anjing. Choeun noona sangat suka anjing kan?" tanyaku sambil mengisi mangkuk dengan tteokbokki.
"Oh ya, aku memang suka anjing dan akan memelihara anjing," jawab Choeun noona yang mendadak bergabung dengan kami di meja makan dengan Donghyun, "tapi apartemenku sering kosong, jadi kupikir aku akan memelihara anjing di Million Stars."