Kami sama-sama terkejut ketika pintu apartemen menjeblak terbuka dan rupanya pintu dibuka oleh Dongha-ssi. Dia sempat menoleh ke kanan dulu, lorong panjang yang kosong, lalu ke kiri, dimana ada kami disitu sedang tarik menarik.
"Eunyul? Ah, Choeun? Apa yang kalian lakukan disitu?"
"A... anyeonghaseyo Dongha-ssi... a... aku... kami..." gagap Choeun menunjukku dan menunjuk dirinya sendiri dengan bingung.
"Anyonghaseyo! Choeun, sudah lama sekali tak melihatmu! Kalian mau berdiri saja disana? Mau berapa lama?"
Dongha-ssi dengan ceria menarik tangan Choeun yang bebas dan sekarang dia tak bisa lari lagi, dan kami ditarik masuk ke apartemen mereka. Choeun berusaha berkomunikasi denganku lewat kontak mata, tapi aku berpura-pura tak menangkap apa yang ingin dikatakannya. Kami sibuk melepas sepatu kami ketika Dongha-ssi melangkah ke dalam, masih dengan ceria, keceriaan yang menurutku agak tak biasa. Okelah, Dongha-ssi memang biasanya ceria, tapi hari ini dia lebih ceria lagi.
"Hyereum, Eunyul datang. Tebak dia membawa siapa?"
Choeun membeku di tempatnya berdiri, sedangkan aku sudah memakai sandal rumah, berniat meninggalkannya saja. Hyereum-ssi muncul dari arah dapur dan dia memakai celemek kuning cerah.
"Kenapa oppa ricuh sekali? Anyeong, Eunyul... AH! CHOEUN!"
Kebahagiaan yang tampak di wajah Hyereum-ssi sangat tulus, tapi Choeun masih membeku dan tak tau harus bersikap bagaimana. Akhirnya Hyereum-ssi yang menyambutnya dan memeluknya erat.
"Aku merindukanmu. Kenapa kau tidak mengunjungi kami lagi? Malahan kami yang mampir ke cafemu," ujar Hyereum-ssi yang akhirnya melepas pelukannya dari Choeun tapi tetap memandanginya.
Aku dan Dongha-ssi bertukar pandang dan sama-sama tersenyum.