"Setelah kau selesai makan ya."
Kyungju bersorak senang seperti anak kecil.
"Tapi luka-luka lebamku... uhm... bukan di tempat yang kelihatan..." cicit Valene.
"Tidak apa-apa, kan ini aku yang melihatnya."
"Justru karena ini kamu, aku tak bisa mempercayaimu!"
"Yah noona! Aku masih sangat lugu."
Valene memutar bola matanya, "pokoknya makan dulu."
Dan akhirnya, pada malam itu Valene pulang jam 1 dini hari. Syukurlah tak ada Nancy yang menungguinya, kalau tidak Valene akan sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang biasanya butuh jawaban mendetail. Dengan lelah sekaligus senang, Valene melempar tubuhnya ke ranjang. Mengingat kejadian hari ini, dia senyum-senyum sendiri. Akhirnya untuk pertama kalinya, dia benar-benar berpikir serius tentang haruskah dia menetap di Korea. Ponselnya (yang masih untung saja bisa menyala dengan kerusakan fisiknya yang luar biasa) berdering dan Valene mengambilnya, membaca pesan yang masuk.
Jagiya, sudah pulang? Langsung tidur dan jangan lupa mimpikan aku ya!
Valene mendengus, antara geli dan senang. Tentu, Kyungju akan selalu ada di hidupnya, baik itu di mimpinya, ketika dia menutup mata, maupun ketika dia membuka matanya. Rasanya, bahkan jarak tidak akan bisa memisahkan mereka. Valene sudah menetapkan hatinya: hanya untuk Kyungju.
***