Oh, ternyata dia yang memberiku bantal berbentuk kepala kodok itu. Aku tersenyum.
@fang6 sudah, kamsahamnida~ aku suka bantalnya
        Dan di bawah mention itu, muncul mention-mention lain yang membicarakan banyak hal. Aku harus ingat aku hanya perlu membalas yang penting, tapi entah kenapa, aku merasa semuanya penting. Kasihan mereka yang begitu mengharapkan balasanku tapi aku tak kunjung membalasnya. Aku ingin memberikan mereka sedikit kenyamanan.
        Keesokan harinya, aku menghabiskan enam jam penuh di kantor agensi untuk latihan persiapan tur promo kami. Aku berusaha keras memakai otakku untuk menghafalkan lirik lagu. Aku terkadang iri pada Kyu, Wookie dan Yesung hyung, soalnya mereka bertiga paling cepat menghafalkan lirik, apalagi si Kyu, apa yang baru saja dia nyanyikan otomatis langsung melekat di otaknya.
        "Aigo... mau Hangul, mau Mandarin, kenapa susah dihafalkan begini ya?" keluh Sungminnie, merebahkan dirinya di sofa sampingku.
        Aku lupa kalau sepupuku ini juga punya kesulitan yang sama denganku. Istilahnya, teman senasib.
        "Kau sih masih enak, Sungminnie. Otakmu sangat cerah kalau untuk menghafal not balok untuk piano atau kunci-kunci gitar," kataku.
        "Kau sendiri menghafalkan tarian. Itu aku agak pusing."
        Tapi kupikir tarian Sungminnie tidak separah Yesung hyung dan Wookie.
        "Kau kan juga bisa itu."
        "Tidak juga. Lagian tarian lebih berguna untuk grup kita dibandingkan menghafal not piano atau kunci gitar."