"Pekerjaan ada, wajah oke, kamu kurang cinta... atau kamu berniat menghabiskan uangmu untuk membayar beberapa wanita dari club tiap malam?"
"Hahahaaa urusi masalah cintamu sendiri, Zack." Aku melihat wajahnya serius. "Now, bisa ambilkan mocca?"
"Whatever..." Zack beranjak keluar dari ruangan.
Aku menyandarkan tubuh sesaat, membiarkan memori lama bermuculan dalam pikiran. Hembusan panjang aku lontarkan saat memori dirimu menuangkan mocca ke dalam cangkir muncul.
"Zee..." suaraku terdengar lirih. Kupejamkan mata, berimajinasi dengan semua kenangan yang masih bisa kuingat.
XXX
Di kamar apartemennya, Ivy serius menatap layar laptop. Sesekali tangan kanannya sibuk menscroll mouse, lalu mencatat tiap kalimat yang tertera di layar. Sudah ada empat resep membuat mocca yang dia tulis, tapi Ivy masih belum puas.
Dia menghela nafas perlahan, "Mocca seperti apa sih yang kamu suka? Huh..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H