"Well yeah, hubungi nomer yang semalam? Hahaha alasan macam apa itu?! Hahaha kamu bodoh..." berkali-kali aku tertawa mengingat kata-kata yang kuucapkan pada Ivy. Bisa kubayangkan dia jengkel dan langsung membuang mocca buatanku.
"Ah iya, Mocca... Sayang sekali dia tidak suka." kutelan air liur, berharap masih ada sisa kehangatan mocca pagi ini, sehangat pelukan yang Ivy berikan semalaman.
"Pagi Nathan!" sapa seorang temanku saat aku berjalan keluar dari parkiran. "Kamu pulang cepat semalem, huh? Dengan wanita itu? Hahaha..."
"Ivy namanya." Kami mulai berjalan menuju ruangan kantor.
"Dan biar kutebak! One Night Stand?" Dia merangkul pundakku.
"Hem... dia tidak suka mocca." lagi-lagi aku menelan air liur.
"Dasar bodoh kamu! Man... yang semalem benar-benar hot!" Dia menggelengkan kepala beberapa kali."Kamu memberikan nomer hape ke si Ivy ini?"
"Aku tidak tertarik, you know." kami berhenti sebentar di sepan lift. "Kamu mau merangkulku sampai kapan? si resepsionis ngliatin kita tuh. Jangan membuat pamorku jatuh."
"Wahahaha kamu itu ya..." Dia melepas rangkulannya. "Kalau begitu Ivy boleh buat aku?"
Sejenak aku berpikir, lalu menoleh, sengaja kukeraskan suaraku, "Zack, listen. Dia tidak sehebat seperti di film-film porno yang selalu kamu lihat!" Selesai berkata begitu, pintu lift terbuka. Segera aku masuk, menahan tawa melihat wajah Zack yang salting. Sebelum pintu lift benar-benar tertutup, dia mengacungkan kedua jari tengahnya dan memberi isyarat aku-akan-membunuhmu. Hahaha dasar Zack bodoh.
XXX