"Sial, aku terlalu banyak minum." Ivy membongkar isi tasnya, mencari kunci mobil. Setelah berhasil masuk kemobilnya, dia melempar tasnya ke belakang. Sejenak dia menyandarkan kepala.
"Nathan, dan kesukaannya pada mocca. Huh." Ivy tersenyum sambil membayangkan wajah Nathan. Tiba-tiba mengalun nada dering dari handphonenya. Ivy menggeram gusar, meraih tasnya di belakang dan mencari sumber suara. Raut terkejut jelas terlihat dari wajah Ivy, dia berdehem beberapa kali sebelum mengangkat telepon.
"Ya?" Suara Ivy terdengar manis.
"Assalamu'alaikum kak, belum tidur?" suara kali ini begitu lembut, timbul perasaan rindu dalam diri Ivy.
"Belum Grey. Kamu ngapain telpon kakak?" adik perempuan Ivy, Greyscha. Ivy lebiih suka memanggilnya Grey.
"Mau bangunin kakak aja. Udah ada makanan buat sahur nanti?" Ivy sedikit gugup mendengar pertanyaan Grey. Dia tidak terpikirkan sama sekali akan puasa hari ini.
"Kakak...lagi nggak puasa Grey. hehe... Eh udahan ya Grey. Kakak mau nyetir pulang nih. Daaa.." Ivy langsung mematikan telpon.
"Ish...sorry Grey, kakak lagi nggak mood puasa." Ivy menstarter mobil dan mulai menuju pulang ke apartemennya.
Di sisi lain Grey masih termenung menatap layar handphone di kamar rumahnya.
"Kakak nih ya, biasakan mengucap salam dong..." Grey melempar handphonenya ke atas kasur, lalu dia menuju ke kamar mandi untuk berwudhu, Shalat Tahajud.
XXX