Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jakarta Membunuh semua Cinta Lamaku

4 Mei 2016   22:16 Diperbarui: 4 Mei 2016   22:34 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ira mendekati aku dengan wajah yang sedikit murung, entah apa yang sedang terlintas dalam pikiran gadisku itu. Mungkin suatu firasat telah mengelabui hatinya tentang kepergianku.

” Ra..! aku mau berangkat, mungkin tiga hari lagi kamu akan melewati masa-masa, dimana kamu harus membiasakan dirimu tanpa kehadiranku” ucapku memecah kesunyian malam itu, dinginnya udara malam membuat Ira merapatkan tubuhnya disampingku.

” Kamu mau kemana ? pulang ke Kota ya ?, baru dua hari yang lalu kamu pulang, kok sekarang mau pulang lagi.” tanya Ira penuh selidik, mulutku semakin terasa terkunci untuk menyampaikan kalimat-kalimat perpisahan padanya, malam itu.

” Aku diajak teman lamaku untuk kerja di Jakarta”

” Jadi, kamu akan meninggalkanku begitu saja ?, meninggalkan semua kenangan dam impian yang baru saja kita bangun,?” ucap Ira serak dengan tatapan mata yang memohon kepadaku.

” Bukannya aku tidak peduli padamu, tapi ini juga untuk masa depanku, dan ini sudah aku cita-citakan sejak kecil, mestinya kamu turut mensuport aku, bukannya melemahkan ketegaranku untuk pergi”. Tegasku meyakinkan Ira, aku sandarkan wajahnya lebih rapat lagi dalam pelukanku, dan membelai rambutnya yang dibiarkan terurai.

” Aku bukannya tidak mengijinkan kamu pergi, tapi aku takut kehilanganmu, kamu jangan marah jika aku bersikap begini. Mungkin inilah cinta sesungguhnya yang pernah aku berikan pada lelaki, aku tidak pernah setakut ini.” ucap Ira sedikit berbisik, suaranya seperti menggema dalam telingaku. Kucoba mendamaikan hatinya memberikan ciuman dikeningnya, kami saling berangkulan begitu rapat, sementara angin malam terus membungkus kami dengan udaranya dinginnya.

Malam semakin larut, namun Ira masih tetap memelukku, sepertinya dia tidak mau merelakan malam ini berlalu begitu saja, kami tidak tidur, dia tidak mengijinkan aku pulang,..

” Aku tidak tahu apakah malam ini akan terulang lagi, ataukah ini adalah yang terakhir aku memelukmu, ada kekawatiran dalam jiwaku, mungkin suatu nanti kamu kembali tapi keadaan kita sudah berubah” kata Ira lagi dengan tatapan yang ia lemparkan ke langit gelap. Aku mencoba memaknai kata-kata jujurnya, sedikit demi sedikit lenganku basah oleh tetesan-tetesan air matanya, sepertinya ia menangisi perpisahan kami.

” Kamu jangan berkata seperti itu, yakinkan diri dan berdoalah untuk cinta kita, agar aku kembali masih membawa cinta kita.” hiburku kembali padanya dan mencoba menghapus titik-titik embun diwajahnya yang pucat.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 subuh, suara pengajian terdengar dari kejauhan tidak lama lagi sholat subuh. Aku membangunkan Ira yang masih terlelap dipangkuanku. Mencium kedua keningnya sebelum matanya terbuka dan mendapatkan aku tengah menatapnya penuh haru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun