Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rasio Komunikatif Menurut Habermas

11 Maret 2019   17:24 Diperbarui: 11 Maret 2019   17:53 3734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Komunikasi bebas kuasa adalah komunikasi yang tidak terdistorsi secara ideologis. Ideologis merupakan hasil pseudo-komunikasi, suatu komunikasi yang terdistorsi secara sistematis. Ideologis hadir sebagai suatu konsensus semu dengan paksaan-paksaan autoritas.

 Pada taraf bahasa, komunikasi yang terdistorsi tampak dalam rupa kekakuan dan perilaku repetitif yang berpola akibat paksaan. Dalam komunikasi yang bersifat ideologis terjadi kesenjangan bahasa, tindakan dan isyarat yang menyertainya. Komunikasi itu perlu disembuhkan  lewat dialog-dialog emansipatoris yang menghasilkan pembebasan dalam subyek-subyek yang berkomunikasi.

Menurut Habermas, yang disebut benar adalah ucapan-ucapan yang diterima berdasarkan konsensus rasional di antara semua pihak bersangkutan. Suatu konsensus boleh disebut rasional, jika semua peserta diskusi dapat mengemukakan semua argumen yang relevan pada saat itu, sehingga pengandaian-pengandaian yang berperan dalam diskusi tersebut dapat dikritik juga, dan kalau perlu, diubah atau malah diganti dengan alternatif, jika para peserta menginginkannya. Situasi percakapan yang ideal ini terwujud melalui tiga tahap:

Pertama, semua peserta mempunyai peluang yang sama untuk memulai suatu diskusi dan dalam diskusi itu mempunyai peluang yang sama untuk mengemukakan argumen-argumen dan mengeritik argumen-argumen peserta lain.[17]

Kedua, di antara peserta-peserta tidak ada perbedaan kekuasaan yang dapat menghindari bahwa argumen-argumen yang mungkin relevan sungguh-sungguh diajukan juga.

Ketiga, semua peserta mengungkapkan pemikirannya dengan ikhlas, sehingga tidak mungkin terjadi yang satu memanipulasi yang lain tanpa disadarinya.[18] Situasi perbincangan ideal adalah suatu struktur komunikasi yang bebas dari hambatan. Dalam situasi perbincangan ideal ini semua partisipan mendapat suatu pembagian yang simetris dan kesempatan yang sama untuk menyatakan gagasannya.[19] 

3.3. Tindakan Komunikatif

 Tindakan sosial yang yang merefleksikan intersubjektivitas dalam aksi, komunikasi dan rasio adalah tindakan komunikatif.[20] Aksi dipahami sebagai kemampuan menggunakan bahasa dan memahami situasi komunikasi. Komunikasi adalah hubungan intersubjektif yang menghargai kebebasan dan kesamaan derajat. Dan rasio dipahami sebagai alasan rasional yang membenarkan aksi dan komunikasi.

Suatu pemahaman bersama menjadi tindakan komunikatif bertolak dari penerimaan kesepakatan yang bersifat mengikat. Kesepakatan yang mengikat menyangkut hal-hal yang diterima oleh semua anggota sebagai kepentingan bersama. Suatu konsensus mengenai kepentingan umum bersifat mengikat karena setiap orang mengambil bagian dalam memutuskannya.[21]

Akan tetapi konsensus bukanlah keputusan final. Konsensus dalam konteks ini ditempatkan dalam suatu diskursus rasional. Konsensus yang mendapatkan konteksnya dalam diskursus rasional harus terbuka terhadap kritik dan pembaharuan. Karena itu, perdebatan rasional antara semua anggota masyarakat harus memainkan peran dalam menguji keabsahan pernyataan-pernyataan dan norma-norma, sehingga apa yang diterima betul-betul baik dan benar. Dalam pertukaran ide-ide tersebut terjadi komunikasi yang mana semua partisipan berlaku kooperatif. Mereka bersikap kooperatif dalam menyepakati apa yang sama benar bagi setiap partisipan cocok dengan apa yang seharusnya dilakukan.[22]

3.4. Komunikasi Intersubjektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun