Tujuan pekerjaan terletak di luar pekerjaan itu sendiri, karena orang bekerja demi hasil pekerjaan. Sementara komunikasi adalah sikap manusia terhadap manusia lain. Komunikasi bukan hubungan kekuasaan. Komunikasi merupakan relasi yang bersifat simetris.
Unsur dasar dari komunikasi adalah kebebasan dan saling percaya. Komunikasi diantarai secara simbolis oleh bahasa. Karena itu setiap bahasa harus dapat dimengerti, benar, jujur, dan tepat.[14]
Bahasa yang dapat dimengerti, benar dan jujur mesti lahir dalam konsensus. Dalam konsensus para pelaku komunikasi dapat saling memahami sehingga terjadi relasi yang komunikatif. Dengan demikian tidak terjadi apa yang dikatakan Habermas sebagai model komunikasi yang terdistorsi.
3. Interaksi Sosial Dalam Rasio Komunikasi
3.1. Komunikasi Partisipatif
Habermas memahami komunikasi partisipatif sebagai interaksi simbolis. Interaksi simbolis dipahami sebagai tindakan komunikatif yang ditentukan oleh norma-norma konsensus yang mengikat. Norma-norma konsensus yang mengikat, menentukan harapan timbal balik mengenai tingkah laku yang harus dimengerti, diketahui sekurang-kurangnya oleh dua subyek yang bertindak. Makna dari norma-norma itu diobyektivasi dalam komunikasi lewat bahasa sehari-hari.
Dalam praktek komunikasi maksud yang tidak bisa disampaikan lewat tuturan dilengkapi dalam tindakan, dan maksud tindakan dijelaskan dalam tuturan. Sementara itu kesahihan-kesahihan aturan-aturan teknis dan strategis tergantung pada kesahihan proposisi-proposisi yang secara analitis dan empiris benar. Kesahihan norma-norma sosial didasarkan hanya dalam intersubjektivitas saling pemahaman maksud-maksud dan 'diamankan' oleh pengetahuan umum mengenai kewajiban-kewajiban.[15]
 Dalam proses ini, orang dapat saling bertukar posisi komunikasi, sehingga tidak hanya melihat dalam perspektif diri sendiri tetapi juga dalam perspektif orang lain. Tindakan komunikatif bersifat partisipasif karena dia terarah kepada subyek yang lain dan meminta reaksinya. Keabsahan komunikasi di sini ditentukan berdasarkan kesetaraan subyek-subyek.
Dengan demikian teori komunikasi mendorong praksis perubahan sosial dalam masyarakat melalui tindakan komunikatif. Teori komunikasi ini bersifat 'korektif' terhadap hubungan fungsional obyek-obyek menjadi hubungan intersubjektif yang bebas dari dominasi dan manipulasi. Di sini persetujuan satu sama lain dihasilkan melalui praksis komunikatif, tidak bertumpu pada paksaan atau manipulasi, melainkan pada penerimaan suka rela karena klaim kesahihan yang selalu mungkin dikritik.[16]
3.2. Komunikasi Bebas Kuasa
Â