“Tidak”….. Putri tersenyum, pipinya sedikit memerah, terlihat ia memendam rasa malu.
“Lalu?”
“Maksudmu?”
“Daddyku” Putri mendahului.
“Hmmm… iya Put”? jawab Fahmi ragu.
“Aku tidak pernah ragu akan keyakinan kalian” suara berat penuh wibawa itu muncul tiba-tiba
Pak Burhan menepuk bahu kami, rupanya Putri dan ayahnya sengaja datang ke warung pecel lele ini dan membuat satu kejutan didalam hidupku.
“Tidak ada perbedaan diantara kita, yang ada satu keyakinan, satu tujuan, untuk kearah kebaikan, bukan begitu nak Fahmi?”
“Amien Om”…..
“Panggil saja aku Ayah…. Anggap saja aku pengganti ayahmu, besok antarkan ayah untuk melihat ibumu”.
Fahmi terdiam, ia menunduk malu, wajahnya terlihat memerah, mungkin ia menyembunyikan rasa malu kedasar hatinya. Diseberang sana aku melihat pak Rahmat mengacungi jempol dan tersenyum kecil.