Mohon tunggu...
Dudy Subagdja
Dudy Subagdja Mohon Tunggu... -

"satu detik,satu menit sangat menentukan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Lamarlah Aku [PDKT]

4 April 2015   12:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:33 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


******


Sore terasa agak lambat,hujan tak sepenuhnya turun. Setengah melompat aku menghindari air yang tergenang..ufs!….dua kali tiga gerakan aku dapat menghindar .

Mataku terus memandang display hp. Aku mendadak gelisah….. jam analog sudah melebihi dari angka yang sudah ku atur.

“Bef…bef…bef” Alarm kembali berbunyi.aku makin gelisah,dapat kubayangkan Putri pasti ngambek! Dia itu type cewek yang slalu menepati janji. Sedangkan aku? Wah… jangankan untuk urusan cinta, untuk urusan pergi kekantor saja sering kali terlambat. Adakalanya aku mendapat teguran dari ibu neneng, personalia dimana tempatku bekerja, ujung-ujungnya sangsi yang aku peroleh. Hahaha…bukan sekali dua kali aku kena teguran beliau, bahkan saking seringnya aku mendapan SP 3. Suatu saat Bosku memanggilku dan semuanya kuceritakan apa adanya, untungnya beliau mengerti akan keadaanku, Bosku berjanji akan memberi salary lebih, karena aku termasuk karyawan yang berprestasi.

Kalau sudah begitu emakku hanya geleng-geleng kepala. Emak tak pernah memarahiku atau bertindak keras,ia hanya menangis,lalu mengusap-usap bahuku.

******

Tapi kali ini ceritanya lain lagi. Telat janjian dengan Putri. aku berjanji mentraktir makan di sebuah” Warung pecel lele”. Setelah kuhitung-hitung dengan jari, rasanya aku telah banyak membuat kesalahan pada pacarku yang penyabar ini. Sampai diujung jalan dekat warung pecel lele pak Rahmat aku melihat mobil Honda Jazz Putri telah terparkir disana. Degup jantungku makin tak karuan, pertanyaan-pertanyaan negative bermunculan dibenakku. aku siap putus! Masalahnya aku sudah berjanji untuk tepat waktu, itu salahku, salahku yang kedua adalah terlalu mengumbar janji. Kini aku siap menjomblo. Aku siap dengan segala keputusan yang terburuk. aku duduk disampingnya rambutku tampak lusuh, maklumlah aku benar-benar kalut,sampai kubiarkan rambutku rela terkena hujan dan? ..busyet, keringatku ini,huh…asem bener baunya, maklumlah aku tadi berlari-lari demi Putri, tapi tetep saja aku ngaret.

Aku seperti seorang pesakitan yang menunggu ketukan vonis hakim, Lama kulihat Putri menatapku dengan matanya yang tajam.

“untuk yang kesebilan kalinya kamu terlambat” ujar Putri dingin. Aku tak berani menatapnya apalagi memberi alasan. Toh Putri tidak akan mendengar alasanku, apalagi selama ini Putri sudah kenyang dengan alasan-alasan yang menurutnya tidak perlu. Untuk beberapa saat aku terdiam, pelan-pelan aku mengambil lele goreng yang sedari tadi sudah ku pesan. Dari sudut mataku aku menangkap wajah tyrus Putri , matanya yang bulat itu terlihat kian membesar dan mengerikan, aku kian gugup, tapi terus terang rasa lapar ini mendadak hilang.

Untungnya saat itu keadaan di Warung pecel lele pak Rahmat sepi oleh pembeli, setidaknya cukup menutupi rasa Maluku. Ku lihat pak Rahmat meninggalkan warung Lelenya, ia sepertinya merasa tidak enak dengan apa yang terjadi atau mungkin ia sangat pengertian dengan apa yang terjadi di warungnya. Taklama diikuti Putri, ia pergi tanpa menoleh sedikitpun pada diriku.

Beberapa menit kemudian aku terpaku dan menatap nasi dengan pecel lele yang seakan mencibir dan mengejek semua yang telah terjadi pada diriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun