(FAREL)Â Â Tidak usah saya buktikan. Saya cukup menyebutkan satu hal saja.
(SADRA)Â Misalnya?
(FAREL)Â Â Hanya orang bodoh, yang membeli rokok lalu membakarnya. Itu adalah perbuatan sia-sia.
(SADRA)Â Kamu lupa dengan persoalan cukai tadi? Bahwa setiap batang rokok itu sama saja dengan memberikan sumbangan cukai bagi pemerintah. Mana sia-sianya?
(FAREL)Â Â Jelas untuk kesehatan, Om. Kamu menyia-nyiakan kesehatan kamu.
(SADRA)Â kamu sendiri yang suka minum es teh manis, apakah tidak sia-sia?
(FAREL)Â Â Lho memang kenapa es teh manis itu?
(SADRA)Â Kamu baca saja apa bahaya es? Apa bahaya gula? Kalau kamu tahu, kamu akan mengerti bahwa yang kamu lakukan adalah sia-sia.
(FAREL)Â Â Ah sudahlah, sampai kapan pun, kalian sebagai perokok tidak akan pernah mengerti. Kalau kalian kena penyakit, kalian baru tahu rasa.
(SADRA)Â ya, sudah. Sampai kapan pun, kalian yang tidak merokok, juga tidak akan pernah tahu bagaimana nikmatnya merokok. Ini persoalan rasa yang tidak bisa dirasa kecuali harus dirasakan dan dinikmati.
(FAREL)Â Â Bagi saya, perokok itu orang-orang yang tidak taat dalam beragama. Mereka masih suka berbuat sia-sia.