(SADRA)Â Jadi, semua yang membuat kita lupa kepada Tuhan itu namanya berhala?
(FAREL)Â Â Bukan hanya itu. Tapi semua yang kita puja dan kita jadikan tempat bergantung, itulah berhala. Seakan, tanpa hal itu, kita akan mati.
(SADRA)Â Sudah? Hanya itu.
(FAREL)Â Â Ya, aku kira itu saja.
(SADRA)Â Begini, om ganteng. Jika semua yang dapat melupakan Tuhan itu disebut dengan berhala, saya setuju. Pertanyaan saya, kalau ada orang merenungkan keagungan Tuhan sambil menghisap rokok, apakah orang itu sedang memberhalakan rokok? Terus, kalau kamu sebut berhala itu sebagai tempat bergantung, silakan tanya kepada para perokok, apakah hidup mati mereka bergantung pada rokok? Kalau kamu menyebut kamu bisa hidup karena rokok, itu sama saja dengan kamu yang meyakini bahwa hidup dan mati kamu karena bukan rokok.
(FAREL)Â Â Lho, kok malah diputar-putar?!
(SADRA)Â Saya tidak memutar persoalan. Saya justru berangkat dari logika kamu, komandan! Jika memang berhala adalah yang kita jadikan sebagai sandaran hidup mati kita, maka saya setuju kalau ada perokok yang meyakini bahwa hidup mati mereka tergantung oleh rokok. Tapi, di sini masalahnya. Kalau kamu merasa bisa sehat-bugar, lantaran bukan merokok, itu juga namanya kamu melupakan Tuhan. Padahal, yang menjadikan kita ini sehat atau tidak, mati atau hidup, bukan karena rokok sekaligus bukan karena tidak merokok. Tapi semata-mata karena Tuhan. Kalau kamu tidak merokok karena takut terjangkit penyakit, ya sudah jangan merokok. Tapi, kalau ada orang yang merokok karena dirinya yakin tidak akan terpengaruh oleh rokok, ya kamu tak perlu repot kepada orang yang merokok.
(FAREL)Â Â Tapi, om, asap rokok itu jelas-jelas mengganggu kesehatan. Itu namanya polusi udara.
(SADRA)Â Bagaimana dengan knalpot mobil? Motor? Pabrik-pabrik? Apakah itu tidak menyebabkan polusi udara?
(FAREL)Â Â Saya tidak mengatakan kalau knalpot mobil itu bukan polusi. Aku juga setuju kalau asap pabrik, asap knalpot adalah polusi. Dan itu sama bahayanya dengan rokok?
(SADRA)Â Kalau memang sama bahayanya, kenapa pabrik mobil tidak ditutup? Kenapa pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap dari cerobongnya tidak ditutup juga?