"Nggekkkk," ternyata nasib baik tidak berpihak padaku. Sedikit membuat aku lelah kali ini mengerjakan soal yang segunung banyaknya. Berhenti mengerjakan, diam, tidur atau corat-coret lembar pertanyaan? Mungkin akan jadi alternatif menghilangkan pusing. Tapi, aku memilih memperlihatkan satu per satu teman sekelas saat mereka mengerjakan soal. Di pojok kiri, bangku itu ditempati mahasiswa paling cumload ssekelas. Sangat mengejutkan dia juga berhasil menikmati masa-masa menyonteknya. Entah karena soal ini yang terlalu sulit, desen yang tidak memperhatikan mahasiswa atau aku yang sok pintar tidak mau ikut nyontek? Pandanganku bergeser pada bangku-bangku sebelahnya. Sama saja, mereka menggilir lembar jawaban yang sudah dianggap sempurna untuk dijadikan contekan.
"Ayu? Dari tadi Ibu perhatikan kamu menoleh ke belakang terus. Pekerjaanmu sudah selesai." Dosen tua itu seketika sudah di depanku saat aku kembali menoleh ke depan.
"Ah, Ibuk. Ngagetin aja. Ya kan aku nggak nyontek Bu, nggak masalah kan?"
"Kalau pekerjaanmu sudah selesai kumpulkan saja".
Memang ujian kali ini tidak lebih baik perasaanku dengan jawaban yang aku tulis. Seperti tidak memikirkan hasilnya, aku terlalu percaya diri untuk keluar ruangan paling wahid. Meskipun juga terdengar sindiran teman-teman yang tidak terlalu menyukai tingkahku.
"Pintar banget dia udah berani keluar duluan."
Tidak terlalu buruk hasilnya. Meski aku harus rela turun satu peringkat dalam daftar mahasiswa nilai terbaiknya. Dan mungkin waktu UAS semster satu akan merelakan peringkat itu meluncur drastis.
***
"Yuk, gimana hasil ujianmu UAS ini?" Sapa Riyan saat aku menikmati renungan di halaman parkir kampus kecilku.
"Baru dateng kamu? Ya, biasa Yan. Cuma mau ngakak aja."
"Ada yang bagus kan tapi?"