Mohon tunggu...
Irma Irawati
Irma Irawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang Ibu yang menyediakan waktu sepenuhnya untuk anak-anak, sambil sesekali menulis. Sangat tertarik pada dunia anak-anak dan hal-hal berbau tradisional

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Possesif

7 Desember 2012   15:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejenak Arimbi termenung. Tiket? Radit nggak pernah membicarakan tentang pemesanan tiket. Hendak kemana kah Radit? Arimbi bertanya-tanya dalam hati. Biasanya Radit selalu membicarakannya terlebih dahulu dengan Arimbi. Tapi kali ini tidak. Apa Radit ada rencana pergi dengan Naneta, dan ia lupa malah mengirimnya ke alamat rumah. Arimbi mulai sibuk menebak-nebak.

Perjalanan ke Belitong, hanya untuk berdua saja? Tak salah lagi, tentu Radit lupa menyarankan alamat pengiriman.

Hemmh, Arimbi menarik napas dalam. Aaargh, lebih baik Arimbi tak perlu tahu. Jika itu akan membuat luka nya semakin menganga. Arimbi ingin mencoba tak peduli dan tak mau ambil pusing. Demi kebaikan dirinya dan rumah tangga. Ia sudah bertekad, akan menjadikan dirinya sebagai martil untuk kebahagiaan anak-anaknya. Arimbi ingin memberikan kesempatan pada Radit untuk menentukan pilihan dalam hidupnya. Biarlah bapak tiga anak yang masih kecil-kecil itu, menikmati masa-masa transisinya.

Ealaaah, emang ada masa transisi juga ya buat bapak-bapak? Arimbi tersenyum kecut. Biarlah apapun namanya itu, Arimbi ingin memberi kesempatan pada Radit untuk melakukan apapun yang diingankanya. Berharap suaminya itu akan berakhir pada sebuah pijakan yang kokoh. Apapun itu, semoga yang terbaik buat berbagai pihak. Yang jelas, saat ini Arimbi masih istrinya dan anak-anak masih sangat membutuhkannya.

Menjelang maghrib, Radit tiba di rumah dengan wajah berseri. Ia bercanda dengan si sulung yang gila bola. Mereka berdua menyusun rencana untuk nonton dan saling menjagokan tim favoritnya. Di kamar, Arimbi menata hati sambil menyiapkan amplop coklat yang tadi siang diterimanya. Ia menimbang-nimbang ucapan yang ingin disampaikannya. Agar tidak membuat suaminya salah tingkah. Eiit, tiba-tiba Radit udah nongol aja di pintu kamar.

Lhah, merenung ampe lupa segala say,” Radit mencoba menggoda. Arimbi jadi kelabakan. Ia lupa, apa yang mau dikatakan pada suaminya. Refleks, tangannya menyodorkan amplop coklat itu.

Yeah, udah diterima ya? Ayo dibuka!” Radit terlihat sumringah. Mata teduhnya terus menatap Arimbi. Membuat Arimbi salah tingkah. Arimbi mengerutkan dahi, tak memahami maksud Radit.

Itu kado ulang tahun pernikahan kita, sayang. Lupa ya? Kalo hari ini, genap sebelas tahun kebersamaan kita,” Radit meraih pundak Arimbi ke pelukannya.

Arimbi tak bisa berkata-kata. Tenggorokannya tercekat dengan tangis tertahan. Ia benar-benar kaget sekaligus haru dengan apa yang dilakukan Radit malam ini. Arimbi juga malu, telah berprasangka macam-macam pada Radit. Sampai-sampai ia lupa, bahwa hari ini adalah hari pernikahannya.

Di tahun-tahun yang lalu, Arimbi lah yang paling mengingat hari jadi pernikahannya. Arimbi lah yang memberondong Radit dengan berbait-bait puisi. Tapi sejak peristiwa yang menorehkan luka itu, Arimbi jadi merasa malu untuk melakukannya. Dan kini, Radit yang memulainya. Arimbi benar-benar terkejut. Nada-nada bahagia mengalun indah di bilik hatinya. Seperti yang selalu disenandungkannya mengiringi suara merdu melly Guslow. Ternyata, cinta itu masih ada. Cinta itu tak pernah pupus.

Arimbi menyusupkan kepalanya ke dada Radit. Air matanya jatuh satu persatu, bersamaan dengan menguapnya segumpal rasa yang selama ini menyumbat akal sehatnya, mengotori kebeningan hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun