Mohon tunggu...
Irma Irawati
Irma Irawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang Ibu yang menyediakan waktu sepenuhnya untuk anak-anak, sambil sesekali menulis. Sangat tertarik pada dunia anak-anak dan hal-hal berbau tradisional

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Possesif

7 Desember 2012   15:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tapi jangan marah ya mas....” Arimbi dilanda ragu.

Pantaskah seorang istri kembali mengungkit kesalahan suaminya? Tapi segumpal rasa di hatinya itu mengenyahkan keraguannya. Arimbi merasa ini lah saatnya untuk menguapkan segumpal rasa yang mengganjalnya. Sikap Radit selanjutnya akan menjawab segala prasangkanya. Karena Arimbi tak mau terus dilanda rasa tidak percaya diri.

emmh, terus terang mas... kata-kata mas tempo hari itu. Serasa terus membayangiku.”

Apalagi saat melihat mas kesel, atau suasana yang kurang enak di antara kita. Aku selalu teringat kata-kata itu. Mungkin memang benar, aku ini bukan istri yang layak mendapat cinta. Karenanya, aku rela jika mas menjatuhkan pilihan pada seseorang untuk mendapatkan cinta mas Radit.

Dengan berani, Arimbi mengalirkan semua gumpalan rasa itu di keheningan yang hanya dirasakan berdua dengan Radit. Di pembaringan yang kali ini terasa dingin bagi Arimbi.

kan udah mas bilang kalo saat itu mas sedang emosi dan kecewa, Rimbi.” Radit mengelak. Tangannya tetap melingkar di pinggang Arimbi yang berbaring menghadapnya.

Ya, tapi seandainya iya pun, aku terima kok mas.” Arimbi meyakinkan. Meski sebagian rasanya tetap berdebar. Inikah jawaban dari rasa itu?

Terimakasih Rimbi, untuk tawarannya. Tapi, sampai saat ini mas belum kefikiran ke arah situ.” Radit mengubah posisi berbaringnya.

Lagian, kamu lihat kan.... dari dulu kamu takut mas berpaling ke lain hati, tapi buktinya? Mas masih tetap di sampingmu kan?” Radit melemparkan pernyataannya tepat sasaran. Arimbi jadi merasa malu, benarkah kalo dirinya terlampau posesif. Sikap negatif yang ia sadari harus dibuang jauh-jauh.

Makasii..... banyak ya mas, maafkan Rimbi yang selama ini masih berjiwa kekanak-kanakan. Tadinya Rimbi fikir, kasihan sekali mas Radit yang tak bisa menyalurkan rasa cinta yang seharusnya masih mas rasakan.” Arimbi menyusupkan kepalanya ke dada Radit.

Namun Kenyataannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun