Menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan seorang EIP adalah awal yang sangat signifikan, sebab apa yang sudah kita sadari, baru bisa kita hadapi dengan baik.
Selanjutnya, salah satu hal utama yang perlu kita pahami mengenai relasi dengan EIP adalah ketidakmampuan mereka untuk menghormati boundary individu.
Kita tidak berelasi dengan setiap orang di dalam tingkat keintiman yang sama. Singkatnya, kita hanya akan mengijinkan orang-orang tertentu yang kita pilih untuk duduk di ruang makan rumah kita, tapi orang-orang lainnya barangkali hanya kita ijinkan di teras saja.
Ini artinya kita menerapkan batasan di dalam hubungan kita dengan orang lain dan kita mau mereka menghormati batasan yang kita buat.
EIP tidak akan menghormati batasan orang lain. Mereka merangsek masuk ke mana saja yang mereka mau di dalam sebuah hubungan.
Apalagi mereka merasa, “Kita kan memang punya hubungan, apa salahnya?”. Mereka tidak punya cukup kesadaran bahwa orang lain sudah menetapkan batasan bagi mereka.
Menerapkan clear boundary atau batasan yang jelas adalah prinsip utama dalam berhadapan dengan seorang EIP.
Kita semua butuh personal space
Ini bahkan termasuk di dalam hubungan yang terdekat sekalipun, seperti suami dan istri maupun orang tua dan anak.
Betul bahwa yang namanya relasi tentu ada faktor keintiman yang artinya saling berbagi.
Tapi keintiman tidak mengabaikan individualitas. Suami dan istri tetap adalah dua orang yang berbeda, punya identitas masing-masing. Orang tua dan anak adalah hubungan sedarah, tapi mereka masing-masing tetap adalah pribadi yang punya identitas sendiri-sendiri.